Friday, July 22, 2011

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan



 

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JARINGAN TUMBUHAN BISA DI DOWNLOAD DISINI 

BAB I

PENDAHULUAN

Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dan terikat oleh bahan-bahan antar sel membentuk satu kesatuan. Jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Tumbuhan ada dua macam yaitu tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Tumbuhan biji tertutup berkeping satu atau disebut monokotil dan tumbuhan biji berkeping dua disebut dikotil. Perbedaan dari struktur luar yaitu struktur bunga, sistem pengukuran, struktur daun dan perkecambahan. Struktur dalam perbedaannya yaitu terdiri dari pembuluh akut pada batang, akar dan daun.
Tujuan dari praktikum ini yaitu pengenalan jaringan untuk mengetahui perbedaan struktur organ dikotil dan monokotil melalui penampang melintang pada akar dan Batang organ tanaman jagung dan kaacang tanah. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui perbedaan-perbedaan struktur organ pada dikotil dan monokotil yang dapat dilihat dari penampang melintang akar dan batang dari tanaman jagung sebagai monokotil dan kacang tanah sebagai dikotil.





 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Pengertian Jaringan

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang mendukun pertumbuhan pada tumbuhan (Mukhtar, 1992). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992). Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara pertumbuhan, dan cara perkembangan (Brotowidjoyo, 1989).

2.2.  Macam–Macam Jaringan Tumbuhan

         Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball,1992). Jaringan terdiri dari jaringan muda atau meristem, jaringan dasar atau parenkim, sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).
            Jaringan meristem dibagi menjadi tiga yaitu meristem apikal yang terletak di ujung batang dan akar, meristem lateral yang terletak di kambium gabus dan meristem interkalar yang terletak diantara satu dan lainnya (Kimball,1992). Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya (Yartim, 1987). Jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis. Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang kecil (Prawiro, 1997).
            Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis dan jaringan parenkim (Yartim, 1987). Jaringan permanen merupakan jaringan yang telah mengalami deferensiasi. Umumnya jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya pun relatif permanen serta rongga selnya besar (Mulyani, 1980). Sel perenkim terdapat di berbagai sebagian tumbuhan, bentuknya besar-besar dan berdinding tipis (Kimball, 1991). Fungsi utama sel parenkim sebagai tempat cadangan makanan serta sebagai jaringan penyokong (Prawiro, 1997).
            Jaringan penyokong merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyokong agar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Jaringan penyokong dibagi menjadi dua yaitu jaringan kolenkim dan sklerenkim (Mulyani, 1980). Jaringan kolenkim adalah jaringan penyokong yang masih muda, jaringan yang berdinding tebal terutama pada sudut-sudutnya. Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel-sel yang sudah mati, dinding sel yang tidak elastis tetapi kuat. Dinding-dinding sel ini sangat tebal dan dibagun dalam lapis yang sama di sekitar batas sel (Mukhtar, 1992). Jaringan sklerenkim merupakan sel penunjang yang lebih umum, dinding sel sangat tebal. Sklerenkim merupakan komponen yang sangat penting pada penutup luar biji dan buah keras (Kimball, 1991).
            Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berguna untuk transportasi hasil asimilasi dari daun ke seuruh bagian tumbuhan dan pengangkutan air serta garam-garam mineral (Kimball, 1992). Jaringan pengangkut dibagi menjadi dua yaitu xilem dan floem, xilem merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari sel mati maupun hidup. Floem merupakan jaringan kompleks yang tediri dari berbagai unsur dengan tipe berbeda yaitu pembuluh lapisan, parenkim serabut, dan kloroid. Sel-sel terpenting di dalam floem adalah tabung tapis (Mulyani, 1980). Xilem merupakan jaringan campuran yang terdiri atas beberapa sel yang mempunyai tipe tertentu yang paling khas. Xilem mempunyai dinding sel yang tebal. Dindingnya menebal dalam pola-pola berkas (Kimball, 1991). Xilem dan floem merupakan alat transportasi zat-zat pada tumbuhan berpembuluh. Floem berfungsi sebagai alat transportasi bagi zat-zat hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan (Kimball, 1991). Jaringan floem dibangun oleh beberapa jenis sel yaitu pembuluh tapis, parenkim, dan serabut floem. Selnya berbentuk tabung dan bagian ujung berlubang (Wilson, 1966).

2.3.  Tumbuhan Dikotil

Kacang tanah merupakan tumbuhan dikotil (berordo rotales) dan dari famili papilionaceae. Arachis hypogeae atau kacang tanah merupakan tumbuhan berkeping dua yang memiliki lembaga dengan dua daun lembaga serta pucuk lembaga yang tidak memiliki pelindung yang khusus (Mukhtar, 1992). Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua yang merupakan cabang dari tumbuhan Angiospermae. Ciri tumbuhan dikotil adalah bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, pertulangan daun menyirip dan mempunyai ikatan pembuluh kolateral terbuka (Kimball, 1992). Tumbuhan dikotil merupakn tumbuhan berkeping dua yang memiliki lembaga, dua daaun lembaga dan akar serta pucuk lembaga yang tidak memiliki pelindung khusus. Batang bagian bawah tanaman dikotil lebih besar daripada ujungnya, hal ini dikarenakan tumbuhan dikotil mempunyai kambium (Suprapto, 1994). Tumbuhan dikotil mempunyai cabang ikatan pembuluh kolateral berkambium, mempunyai akar tunggang dan pembuluh akut tersusun dalam lingkaran (Saktiyono, 1989). 

2.4.  Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri batang tidak bercabang, tidak berkambium, akar serabut, pertulangan daun sejajar dan mempunyai ikatan pembuluh koklea (Mukhtar, 1992). Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang, ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga (Saktiyono, 1989).





 
BAB III
METODOLOGI
Praktikum Biologi dengan materi Jaringan Tumbuhan dilaksanakan pada hari kamis tanggal 15 Oktober 2009 pukul 11.00-13.00 WIB di laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Bahan yang digunakan adalah akar dan batang jagung (Zea mays) sebagai tumbuhan monokotil. Akar dan batang kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai tumbuhan dikotil. Alat yang digunakan, silet untuk menyayat batang tumbuhan, kaca objek dan kaca penutup sebagai wadah meletakkan objek yang akan diamati, mikroskop untuk mengamati objek dari jaringan tumbuhan yang telah disayat untuk diamati, serta alat tulis untuk menggambarkan hasil pengamatan.

3.2.      Metode
Dalam praktikum ini kita mengamati bentuk akar tanaman maupun batang dari bahan tanaman yang telah disediakan. Setelah itu menyayat melintang dengan menggunakan silet dari batang muda jagung dan kacang tanah. Metakkan sayatan pada kaca objek yang sudah bersih yang telah ditetesi air, tutup dengan kaca penutup. Usahakan jangan ada gelembung udara di dalamnya. Amatilah preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Setelah itu gambarkan struktur jaringan tersebut dan jelaskan perbedaan tanaman monokotil dan dikotil.


 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:




                                  
         
Sumber: Data Primer Praktikum           Sumber: Saktiyono (1989)
  Biologi, 2009
Ilustrasi 3. Akar Jagung (Monokotil)
Keterangan  :                                            
1. Epidermis                                                   
2. Korteks                                                                  
3. Endodermis            
4. Xilem
5. Floem
6. Empulur




                                                                 
Sumber: Data Primer Praktikum        Sumber: Wilson (1966)
  Biologi, 2009                                                                       

Ilustrasi 4. Batang Jagung (Monokotil)
Keterangan :
1. Epidermis                                                                                                   
2. Korteks                                                                                                      
3. Jaringan Penyongkong                   
4. Xilem
5. Floem





                                                                       






Sumber: Data Primer Praktikum           Sumber: Prawiro(1997)
  Biologi, 2009

Ilustrasi 5. Akar Kacang Tanah (Dikotil)
Keterangan :
1. Epidermis                                                                                                   
2. Korteks                  
3. Endodermis
4. Xilem
5. Floem





                                                                       

Sumber: Data Primer Praktikum         Sumber: Brotowidjoyo (1989)
  Biologi, 2009
Ilustrasi 6. Batang Kacang Tanah (Dikotil)
Keterangan :
1. Epidermis               
2. Korteks                  
3. Floem
4. Xilem
5. Kambium
4.2.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tampak adanya jaringan-jaringan pada akar, antara lain epidermis yang biasa disebut kulit luar, floem atau pembuluh tapis, xilem atau pembuluh kayu dan epidermis, ini menunjukkan bahwa pada akar, batang, dan daun pada tumbuhan memiliki jaringan didalamnya. Xilem dan floem disebut jaringan pengangkut yang terdapat pada berkas ikatan pembuluh. Berkas pembuluh yang bentuknya khas menghadap ke dalam disebut xilem. Tumbuhan diantara xilem dan floem terdapat kambium. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soeprapto (1994) bahwa tumbuhan memiliki kambium.
Jaringan-jaringan yaang terdapaat pada tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda. Batang tanaman monokotil terdiri atas tepi eksternal dan di tengah penuh empulur. Batang pada tanaman dikotil terdiri atas tiga daerah yaitu kulit, kayu, dan empulur. Hal ini sesuai dengan pendapat Yartim (1987) berkas pengangkut dibungkus dengan berkas pengangkut dan tidak terdapat empulur dan kambium.
Perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil yaitu tumbuhan dikotil berakar tunggang bercabang, berkambium, batang bercabang, kolateral terbuka, pembuluh angkut teratur di dalam lingkaran. Tumbuhan monokotil berakar serabut, tidak berkambium, batang tidak bercabang, pembuluh angkut kolateral tertutup, pada akar pembuluh angkut tersebar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Kimball (1992).
Xilem dan floem disebut jaringan pengangkut yang terdapat pada berkas ikatan pembuluh. Berkas pembuluh yang bentuknya khas menghadap ke dalam disebut xilem. Tumbuhan diantara xilem dan floem terdapat kambium. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeprapto (1994) bahwa tumbuhan memiliki kambium.




 
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa akar, batang, dan daun tumbuhan memiliki jaringan yaitu jaringan meristem, kolenkim, dan parenkim. Di dalam akar terdapat xilem dan floem sebagai alat transportasi zat-zat pada tumbuhan berpembuluh. Tanaman monokotil dan tanaman dikotil semuanya memiliki xilem dan floem berfungsi sebagai jaringan pengangkut.





 
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta
Kimball, J.W. 1998. Biologi. Erlangga. Jakarta
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta
Radiopoetra. 1997. Zoologi. Erlangga. Jakarta
Saktiyono. 1989. Biologi 2. Bumi Aksara. Jakarta
Soeprapto. 1994. Biologi Jilid 1. Universitas Diponegoro Press. Semarang
Wilson. 1966. Biology. Botang Rhinchar and Wington. Amerika, USA

Sunday, July 10, 2011

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) BISA DI DOWNLOAD DISINI
BAB I

PENDAHULUAN

                Analisa volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang telah diketahui dengan  teliti. Larutan tersebut harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan diukur dengan volumenya tertentu.
Tujuan dari pratikum kali ini dengan materi pengenalan analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka, serta mampu menerapkan reaksi asam-basa untuk menetapkan reaksi asam atau basa. 
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mempraktekkan secara langsung dan mengenal analisa kuantitatif, serta mengenal jenis dan cara kerja beberapa analisa kuantitatif.





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyaksuatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sample. Zat yang ditetapkan tersebutyang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau besar sample                                               yang dianalisis (Underwood, 1999). Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan. Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991). Analisa kuantitatif merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai konstituen. Jika zat yang dianalisa tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel maka analisis ini dianggap konstituen utama zat itu. Hal itu dapat dikatakan konstituen minor suatu zat jumlah berkisar 0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta apabila dikatakan konstituen trace jika suatu zat ada yang kurang                           dari 0,01% (Irfan, 2000 ).






2.2  Macam-macam Analisa Kuantitatif
2.2.1    Volumetri
            Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya (Irfan, 2000). Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau                                 lebih lanjut (Haryadi, 1990).
            Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari 1) Reaksi netralisasi contoh : HC1 + NaOH →NaCl + H2O, 2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks contoh : AgNO3 + NaC →AgCl + NaNO3, 3) Reaksi redoks contoh : 2FeCl3 + SnCl2 →2FeCl2 + SnCl4. Suatu analisis kimia terdiri daru empat tahapan yaitu : 1) Pengambilan atau pencuplikan smaple, 2) Mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, 3) Pengukuran, 4) Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Underwood, 1994).
2.2.2        Gafimetri
Gafimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam – garam klorida. Dapat dilakukan dengan cara evaluasi, dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari. Cara pengendapan bahan direaksikan , sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu                                   akan ditimbang (Rosenberg , 1994). Gavimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam-garam                             klorida (Underwood, 2002).
2.2.3        Asidimetri dan Alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam  (Underwood, 1990). Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Haryadi, 1990).
2.2.4        Presipitrimetri
Presipitrimetri adalah cara tirasi dimana terjadi endapan (presipilat) sebagai contoh yang mudah adalah :
       AgNO3 + NaCL                 AgCL + NaNO3
Makin larut garam yang terbentuk makin sempurna reaksin yang dihasilkannya (Underwood, 1990). Presipitrimetri adalah cara titrasi di mana terjadi endapan (presipilat) (Haryadi, 1990).


2.2.5        Idiometrri
Idiometri ialah salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan larutan kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebabskan dengan titrasi kembali dengan mempergunakan kalium kosulfat. Iodo termasuk tirasi reduksi  dan oksidasi. Senyawa iodide merupakan suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat , lebih kuat dari iodemetrik. (Rosenberg , 1994).  
2.2.6        Spektometri
Adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan hasil analisa                  spektrum zat atau dengan berdasarkan transmitasi larytan terhadap                 cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan instrumen spektometri (Rosenberg , 1994).  



BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum kimia Analisa Kuantitatif dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 Oktober 2009 pada pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

3.1.Materi
            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif adalah Erlenmeyer 100ml untuk tempat zat yang ditirasi, corong untuk membantu memasukkan larutan yang sempit mulutnya, labu ukur 250 ml dan 100 ml untuk tempat melakukan pengenceran dengan volume tertentu, buret untuk tempat zat yang akan menitrasi, pipet tetes untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit, gelas beker sebagai tempat larutan dan pipet volume 10 ml dan 5 ml untuk mengambil larutan dalam jumlah yang cukup banyak.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat(H2C2O4) sebagai pengencer ataupun pentitrasi larutan NaOH, sedangkan NaOH 0,1 M sebagai larutan untuk menitrasi asam cuka yang akan dihitung kadarnya yang dicampur dengan aquades, fenolftalein(PP) 1% sebagai indikator  penunjuk.


3.2 Metode
3.2.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
            Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat yaitu menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat (H2C2O4.2H2O), melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades kemudian diencerkan menjadi 100ml dengan labu ukur, memasukkan larutan asam oksalat kedalam buret, mengambil 15 ml NaOH dan memasukkan kedalam Erlenmeyer 100ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP, larutan dititrasi dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator hilang. Mencatat voleme asam oksalat yang diperlukan. Melakukakn titrasi sebanyak 3 kali, menghitung konsentrasi.

3.2.2 Penetapan Kadar Asam Cuka
            Penetapan kadar asam cuka adalah dengan langkah antara lain mengisi larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret, mengambil 5 ml asam cuka dan mengencerkannya menjadi 250 ml dengan labu ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan kedalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP, menitrasi larutan dengan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat. Mengulangi titrasi 3 kali lagi untuk Erlenmeyer yang lain, mencatat volume NaOH yang diperlukan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Standartisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Tabel 1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Keterangan
Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
14 ml
Titrasi II
16 ml
Titrasi III
14 ml
Rata-rata
14,6 ml
Sumber Data Praktikum Kimia Dasar, 2009
Perhitungan Normalitas NaOH
N1 x V1 = N2 x V2

0,1 x 14,6 = N2 x 15

1,46 = 15 N2
                            
N2  = 0,097 N

Pada percobaan pertama larutan NaOH diberi 3 tetes PP lalu dihitung dengan larutan asam oksalat kemudian menghitung volum asam oksalat yang diperlukan untuk menitrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna NaOH yang diberi indikator PP menjadi berwarna merah. Ini mencirikan bahwa NaOH bersifat basa dan setelah dititrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna jadi larutan asam reaksinya yaitu 2NaOH + N2C2O4 . 2H2O            Na2C2O4 + 4H2O

Hal ini sesuai dengan pengertian volumetri yaitu merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya, telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ( Irfan , 2000 ). Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami kenaikan menjadi 16 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.


4.2 Penetapan Kadar Asam Cuka

Tabel 2. Pengukuran Kadar Asam Cuka
Keterangan
Volume NaOH (ml)
Titrasi I
6 ml
Titrasi II
5,5 ml
Titrasi III
7,5 ml
Rata-rata
6,3 ml
Data Praktikum Kimia Dasar, 2009
Perhitungan Asam Cuka
=
=
= 9,167%

            Analisa volumetri merupakan alat kuantitatif yang juga bertujuan menentukan kadar suatu zat dalam larutan dengan cara pengukuran volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan menggunakan rumus :
                                                     N1 . V1 = N2 . V2
Dalam hal ini konsentrasi larutan dinyatakan dengan normalitas. Dalam titrasi ini digunakakn indikator PP karena merupakan indikator yang dapat menunjukkan warna yaitu berwarna merah muda dalam keadaan basa dan tidak berwarna dalam keadaan asam. Fenolftalein berubah warna pada titik ekuivalen dan memilih suatu indikator yang berubah pada sekitar pusat pada ekuivalen terjadi. Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami kenaikan menjadi 16,0 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi, sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.


BAB V
KESIMPULAN
Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif    yang digunakan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya larutan volume standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan diketahui.
Dalam percobaan tersebut tingkat ketelitiaannya biasanya kurang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain adanya kelebihan dan kekurangan air dalam pengenceran, penetesan indicator PP yang tepat 3 tetes atau indikator PP yang telah terkontaminasi dengan zat lain, kurang lebihnya waktu dalam penghentian proses titrasi, larutan standar masih terus mengalir, walau sudah saatnya berhenti. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada waktu praktikum ini dapat mengakibatkan hasil perhitungan yang tidak sama dengan sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA
Day, Underwood.1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.
Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.
Khoppar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Organik. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Rosenberg, Jerome.1994. Kimia Dasar. Edisi IV.  Erlangga : Jakarta.
Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Zulkarnaen, A. K. Kimia Analisa Kuantitatif. 1991. Departemen Perindustrian                                
                SMTI, Yogyakarta.                                        

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (PROTEIN DAN LEMAK)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (PROTEIN DAN LEMAK) BISA DI DOWNLOAD DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak lepas dari mengkonsumsi makanan sebagai suplai energi, baik yang berasal dari karbohidrat sebagai sumber utama maupun protein dan lemak. Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Jadi sebenarnya, protein bukanlah merupakan zat tunggal, serta molekulnya sederhana, tapi masih terdiri dari asam-asam amino.
Lemak adalah lipid sederhana, yaitu ester antara gliserol dan asam lemak, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Pada umumnya, istilah lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak, dan perbedaan antara keduanya terletak pada sifat fisiknya : lemak adalah solid (padat) pada temperatur kamar (200C), sedang minyak pada temperatur tersebut berbentuk cair .
            Tujuan praktikum protein dan lemak adalah untuk mengetahui beberapa sifat umum dan khusus dari protein dan lemak serta mampu melakukan analisa kuantitatif dari protein dan lemak. Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui lebih dekat mengenai protein dan lemak mulai dari sifatnya dan klasifikasinya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Protein
2.1.1    Pengertian protein
             Istilah protein pertama kali ditemukan oleh G.J. Muider seorang pakar kimia berkebangsaan Belanda pada tahun 1939.  Kata priotein berasal dari bahasa Yunani”Proteios” yang artinya pertama atau yang paling utama.  Sehingga protein memegang peanan penting dalam kehidupan.  Protein merupakan senyawa organik makro molekul yang mempunyai susunan komplek dan terdiri atas polimer-polimer alam yang terdiri atas beberapa alfa asam amino, serta terikat melalui ikatan peptida. ( Martoharsono dan Soeharsono, 1993 ). Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks dan serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Karena protein tersusun dari asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti yang menyusun asam amino antara lain C, H, O, N, dan kadang-kadang S, P, Fe, dan Mg (Soemardjo,1997).

2.1.2        Klasifikasi protein
Pada dasarnya protein dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan bentuk molekulnya, berdasarkan komponen penyusunnya dan berdasarkan tingkat degradasinya. Berdasarkan molekulnya digolongkan menjadi dua, yaitu protein globular dan protein fibrosa. Pada protein globular mempunyai bentuk bulat atau hampir bulat atau hampir bulat dan bentuk molekul umumnya mudah ditentukan. Larut dalam laruten garam, asam, basa atau alkohol. Contohnya antara lain,  albumin, globulin, proteonzim, proteohormon. Pada protein fibrosa mempunyai bentuk memanjang, bentuk amorphous dan bentuk molekul sukar ditentukan, dan tidak larut dalam larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya antara lain, keratin dan rambut, Fibroin dan sutra, Kolagen dan tulang  (Soemardjo,1997).
Berdasarkan komponen penyusunnya protein dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, protein sederhana dan protein majemuk. Protein sederhana sendiri mempunyai definisi yaitu protein yang molekulnya sederhana dan hanya tersusun atas asam amino. Contoh: albumin, globulin, prolamin, gluteon, histon, protamin. Pada protein majemuk merupakan susunan atas protein sederhana dan zat-zat lain yang bukan protein yang disebut radikal protetis. Contohnya phosphoprotein, nukleoprotein, lipoprotein, mikroprotein, dan              klomoprotein (Soemardjo,1997).
Berdasarkan tingkat degradasinya dapat diklasifikasikan atas, Protein alam yang merupakan protein yang terdapat dialam, baik yang berasal dari hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan. Protein ini masih asli dan belum mengalami perubahan. Protein derivat yaitu protein asli yang telah mengalami perubahan, tetapi perubahannya belum menjadi asam-asam amino (Soemardjo, 1997).
 
 2.1.3    Fungsi Protein
Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang akan mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang memadai. Asam amino tersebut disebut asam amino esensial. Kebutuhan akan asam amino esensial bagi anak-anak relative lebih besar daripada orang dewasa (Poedjiati, 1994).

2.2 Lemak
2.2.1 Pengertian lemak
Lemak adalah suatu ester antara asam lemak dengan gliserol. Gliserol sendiri mempunyai arti yaitu suatu ester trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom yang masing- masing mempunyai gugus fungsi –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserol dengan digliserida atau trigliserida. Satu molekul gliserol mengikat tiga molekul atom lemak.Berikut adalah struktur kimia pada lemak:

                             O    
                             ║
HC—O—C—R1
               │           O
               │           ║
        H—C—O—C—R2
               │           O
               │           ║
          H2C—O—C—R3


Untuk lemak sederhana, ketiga asam lemak penyusunnya adalah sama sehingga R1=R2=R3. Lemak majemuk, ketiga sisa asm lemak penyusunnya tergantung dari macam asam lemak, misalnya untuk lemak berasam tiga maka R1≠R2≠R3, sedangkan pada lemak berasam dua, ada tiga maka kemungkinan yaitu R1=R2 ≠ R3 ; R1≠R2=R3 ; R1 ≠R3=R2.
Dari strukturnya dapat kita lihat bahwa komponen-komponen penyusun lemak adalah gliserol dan asam lemak (Poedjiati, 1994). Adapun asam lemak yang menjadi penyusunnya adalah rantainya lurus, mempunyai jumlah atom C genap, dan radikal karboksilnya terletak diujung rantai (Soemardjo, 1997).

2.2.2 Klasifikasi lemak berdasarkan asam lemak
Asam lemak adalah asam karoboksilat yang rantai karbonnya tidak bercabang dan radikal karboksilnya ada diujung rantai karbon tersebut. Diklasifikasikan atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Soemardjo,1997). Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dua dalam struktur kimianya. Pada umumnya merupakan unit penyusun dari lemak yang terdapat pada hewan atau manusia, daya larutnya dalam air makin berkurang, seiring bertambahnya jumlah atom karbon penyusunnya, adapun contoh asam lemak jenuh adalah asam butirat, asam miristat, asam kaproat, asam palmitat, asam stearat (Soemardjo,1997). Asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dalam strukturnya. Disebabkan karena asam lemak tersebut dapat mengikat lebih banyak atom hidrogen daripada yang terdapat pada asam karena kebanyakan zat ini berwujud cair pada suhu kamar, maka disebut minyak. Contohnya antara lain asam palmiteleat, asam oleat, asam linoleat, asam oleostearat (Kimball, 1992).

2.2.3        Fungsi lemak
Lemak pada umumnya mempunyai fungsi, antara lain sebagai penghasil kalor tertinggi, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K serta sebagai pembawa zat makanan yang esensial, sebagai pelindung alat-alat tubuh, menjaga tubuh dari kedinginan penahan rasa lapar (Kimball, 1992). Lemak memiliki fungsi yaitu untuk penghangat tubuh, untuk melindungi organ – organ vital makhluk hidup, sebagai cadangan makanan, menjaga daya tahan tubuh, serta sebagai sumber energy (Sukarjo, 1985).

 
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum kimia dasar dengan materi Protein dan Lemak dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 31 November 2009 pukul 13.00 – 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan,           Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1 Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum protein adalah tabung reaksi yang digunakan untuk mereaksikan pereaksi dengan larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan, penjepit untuk mengambil tabung dari pemanas, penangas air untuk memanaskan larutan, dan alat yang digunakan pada praktikum lemak adalah tabung reaksi yang digunakan untuk mempermudah dalam mengamati sifat fisik dari lemak. Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum protein adalah telur, susu, FeCl3, CuSO4 0,5%, HgCl2, PbCOOH, HNO3 pekat, NaOH 10% dan bahan yang digunakan pada lemak adalah minyak jagung, minyak kelapa, asam stearat dan lemak (gajeh).

 3.2. Metode
3.2.1.      Protein
3.2.1.1 Uji Biuret
Uji biuret menyediakan satu tabung reaksi. Masukan 2ml albumin telur  dan 2ml  NaOH  kedalam tabung tersebut. Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,5% dan aduk sempurna. Setelah itu, amati warna yang terbentuk, apabila terbentuk warna merah muda atau ungu reaksi yang terjadi adalah positif. Setelah pengamatan pertama selesai, ulangi percobaan dengan menggunakan gelatin dan glutamat, catat hasilnya.

3.2.1.2 Prespitasi dengan Larutan Garam Logam Berat
Prespitasi dengan larutan garam logam berat menyediakan empat tabung reaksi dan masing-masing tabung isi dengan larutan putih telur encer sebanyak 2 ml. Pada tabung pertama ditambahkan laruan FeCl3, tabung kedua dengan CuSO4, tabung ketiga tambahkan dengan HgCl2 dan pada tabung keempat tambahkan larutan PbCOOH yang masing larutan manambahkannya sebanyak 10 tetes. Amati warna endapan yang terbentuk dan catat hasilnya.

3.2.1.3 Percobaan Hehler
Percobaan hehler menyediakan dua atbung reaksi. Masukan 2ml susu dan putih telur kedalam masing-masing tabung reaksi dan tambahkan 5 tetes asam nitrat pekat. Amati warna lapisan yang terbentuk. Adanya lapisan berwarna putih menunjukan bahwa protein telah terdenaturasi karena pengaruh dari asam mineral pekat.

3.2.1.4 Uji Xantho Protein
Uji xantho protein menyediakan dua tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan lrutan susu sebanyak 20 tetes dan tabung kedua diisi dengan 20 tetes putih telur encer, kemudian tambahkan dengan asam nitrat pekat sebanyaak 5 tetes dan tempatkan pada penangas air. Amati warna yang timbul lalu amati juga warna yang timbul setelah penambahan amonia.

3.2.1        Lemak
3.2.2.1 Sifat fisik, kekentalan dan bau
Metode yang dilakukan pada pengujian lemak adalah mengamati kekentalan, bau, dan sifat fisik pada lemak (gajeh) dan asam stearat, dan kemudian catat hasil pengamatan.


 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Protein
4.1.1        Uji Biuret
Tabel 7. Hasil pengamatan uji Biuret
Sampel
Reaksi(+/-)
Keterangan
Putih telur
Gelatin
Asam glutamat
+
+
-
Warna ungu
Warna ungu
Putih keruh
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009
Uji biuret ini umum dilakukan untuk uji protein. Uji biuret ini dapat dipakai untuk mengetahui banyak sedikitnya ikatan-ikatan peptida dalam molekul protein yang diselidiki. Setelah diamati warna yang akan dihasilkan adalah ungu. Hal ini menunjukan bahwa asam amino dari rantai protein bereaksi dengan Cu2+ dan CuSO4 membentuk garam kemudian dengan penambahan NaOH basa menyebabkan reaksi bertambah cepat. Pada uji biuret putih telur dan gelatin mengandung protein. Sedangkan asam glutamat tidak mengandung protein. Hal ini sesuai dengan pendapat  Poedjiati (1994) yang mengatakan bahwa larutan reaksi positif terhadap uji biuret. Penambahan Asam glutamat dengan NaOH 10% mulanya berwarna putih kusam seelah ditambah dengan CuSO4 warna berubah menjadi biru, hal ini enunjukkan bahwa asam glutamat menghasilkan reaksi negatif terhadap uji biuret



4.1.2        Prespitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (putih telur)
Tabel 8. Hasil pengamatan dengan larutan garam logam berat (putih telur)
Reagen
Reaksi(+/-)
Keterangan
FeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
+
-
+
+
Warna endapan orange
Warna endapan hijau
Warna endapan putih
Warna endapan putih susu
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009
Pada uji presipitasi dengan larutan garam logam berat (putih telur) ketika putih telur di tambahkan larutan FeCl3 terbentuk endapan berwarna orange. Ketika putih telur ditambah dengan dengan CuSO4 terbentuk endapan berwarna hijau. Ketika putih telur ditambah dengan HCl2 terbentuk endapan berwarna putih. Pada penambahan PbCOOH menghasilkan endapan warna putih susu. Penambahan garam-garam logam berat pada larutan putih telur encer menimbulkan reaksi kompleks dimana logam-logam ini memberi warna pada larutan putih telur dan menimbulkan endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat  Soemarjo (1997).
4.1.3        Percobaan dengan Larutan Garam Logam Berat (Skim)
Tabel 9. Hasil pengamatan dengan larutan garam logam berat (Skim)
Reagen
       Reaksi(+/-)
Keterangan
FeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
+
-
+
+
Tidak mengendap, berwarna kuning
Tidak mengendap, berwarna kebiruan
Mengendap, berwarna putih
Mengendap, berwarna putih
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009.
Dalam persipitasi dengan larutan garam  logam berat (putih telur) menghasilkan reaktif positif dengan warna orange dari reaksi FeCl3, warna biru dari reaksi CuSO4, warna coklat muda untuk reaksi HCl2, warna putih untuk reaksi PbCOOH. Bahwa banyak zat penyebab denaturasi dan selain panas yakni asam kuat, basa kuat, alcohol, dan garam-garam logam berat. Hal ini sesuai dengan Kusnawidjaya (1993) bahwa penyebab terjadinya denarturasi protein ialah panas dan radiasi ultraviolet, asam dan basa kuat serta garam-garam dari logam berat.
4.1.4        Uji Hehler
Tabel 10. Hasil pengamatan uji Hehler
Sampel
Reaksi(+/-)
Keterangan
Putih telur
Susu (Skim)
+
+
Putih ada endapan
Putih ada endapan
Sumber : Data Primer Praktikum kimia Dasar, 2009
Pada pengamatan ini hasil yang dapat dilihat setelah dilakukan penambahan asam nitrat pekat adalah terbentuknya endapan putih. Adanya endapan putih berarti hasil pada percobaan tersebut menunjukan hasil yang positif yang sesuai dengan panduan. Hal ini sesuai dengan pendapat  Soemarjo (1997).

4.1.5        Uji Xanthoprotein
Tabel 11. Hasil pengamatan uji Xanthoprotein
Sampel
Keterangan
Sebelum penambahan
Setelah penambahan
Putih telur
Susu (Skim)
Endapan kuning
Kuning bening
Endapan Orange
Endapan Orange
Sumber : Data Primer Praktikum kimia Dasar, 2009
Uji ini khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan radikal fenil. Sampel yang digunakan adalah putir telur dan susu encer. Masing-masing larutan tersebut ditambahkan asam nitrat pekat, sehingga hasil yang diperoleh pada telur mengendap kuning dan susuberwarna kuning encer. Setelah kedua larutan inin ditambah amonia maka kedua larutan tersebut berwarna kuning dan terjadi endapan (gumpalan). Hasil uji coba ini positif jika diperoleh warna orange. Hal ini sesuai dengan pendapat  Soemarjo (1997).
4.2  Lemak
4.2.1        Sifat Fisik, kekentalan, dan bau
Tabel 12. Hasil pengamatan sifat fisik, kekentalan dan bau
Sampel
Kekentalan
Bau
Sifat fisik
Lemak (gajeh)
Asam stearat
Minyak kelapa
Minyak jagung
Kuning padat
Cair
Cairan kental
Cair  kental
ada
-
-
-
Padat
Cair
Cair
Cair
Sumber : Data Primer Praktikum kimia Dasar, 2009
Sampel yang diujikan pada percobaan ini adalah lemak (gajeh) dan asam stearat. Pada lemak (gajeh), minyak goreng, minyak jagung dan asam stearat memiliki kekentalan yang berbeda. Kekentalan yang ada pada gajeh menyebabkan bentuk pada lemak gajeh yaitu padat. Bentuk padat tersebut dapat diakibatkan karena adanya hidrolisis yang dibiarkan terlalu lama dan akan menghasilkan asam lemak bebas. Disamping itu dapat juga terjdi oksidasi terhadap asam lemak tak jenuh yang akan menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak, seperti halnya bau yang dihasilkan dari lemak (gajeh). Hal ini sesuai dengan pendapat  kimball (1992).Yang menyatakan bahwa lemak ada bersifat padat dan ada yang bersifat cair.



BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa lemak dan protein mempunyai sifat yang tidak sama. Lemak mempunyai sifat yaitu bau dan kekentalan pada lemak dipengaruhi oleh ikatan rangkap dan reaksi hidrolisis, lemak dapat menimbulkan noda yang sukar hilang, dan dapat mengalami saponifikasi.
Pada protein dapat diketahui sifat-sifatnya dari uji yang telah dilakukan yaitu uji biuret akan menghasilkan warna ungu yang menyatakan bahwa zat atau larutan yang digunakan mempunyai ikatan peptida yang banyak. Uji presipitasi dengan logam berat merupakan bukti bahwa asam amino dari protein merupakan amino yang dapat bereaksi dengan logam berat membentuk garam, pada uji digunakan untuk menganalisa denaturasi protein akibatperubahan derajat keasaman (pH), dan uji xanthoprotein digunakan untuk menganalisa protein yang mengandung asam amino yang mengandung gugus fenil.

 DAFTAR PUSTAKA
Kimball, Jhon W. 1992. Kimia Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta
Kleinfelter. 1986. Technichues and Experiment for Organic Chemistry. Boston,
Willard Grant Press Publisher
Kusnawidjaya, K. 1993. Biokimia. Alumni, Bandung.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta
Soemardjo, Damin. 1997. Kimia Kedokteran UNDIP. Semarang, Universitas Diponegoro, Semarang
Sukarjo. 1985. Kimia Organik. Bina Aksara, Jakarta


 
LAMPIRAN

 Lampiran 1 Protein. Jawaban Pertanyaan :

1.1   Pertanyaan uji biuret
1. Tuliskan struktur kimia yang memberi hasil terhadap uji Biuret ?
Jawab:




1.2   Pertanyaan Preparasi dengan Larutan Garam Logam Berat
1. Bersifat sebagai apakah protein dan logam-logam berat dalam reaksi ini ?
Jawab: Sebagai pereaksi.
2. Apakah warna masing-masing endapan yang terbentuk, dan tulis masing-masing reaksi ?
Jawab: Larutan putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna orange
Larutan putih telur + CuSO4 terbentuk endapan berwarna biru
Larutan putih telur + HgCl2 terbentuk endapan berwarna kuning
 Larutan putih telur + PbCOOH terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein susu + FeCl3 terbentuk endapan putih kekuningan
Larutan protein susu + CuSO4 terbentuk endapan putih kebiruan
Larutan protein susu + HgCl2 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein susu + PbCOOH terbentuk endapan putih
3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara ketahui ?
Jawab : HgBr2, HgI2, HgF2, PbBr2, PbF2, PbCI2, PbI2.
1.3   Pertanyaan Percobaan Hehler
1. Apa yang dimaksud dengan Denaturasi?
Jawab: Denaturasi adalah rusaknya ikatan atau struktur suatu senyawa yang mengakibatkan terjadinya lapisan berwarna putih (pada protein).
2. Sebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan denaturasi protein ?
Jawab: Pencampuran protein dengan asam mineral pekat dan panas.
3. Sebutkan dan beri penjelasan jenis-jenis ikatan dalam molekul protein yang dipengaruhi ?
Jawab: - Ikatan peptida yaitu ikatan yang terdapat dalam rantai peptida itu sendiri.
- Ikatan Cystin yaitu ikatan atom-atom di dalam molekul yang disebabkan karena persekutuan eletron- elektron yang dimiliki bersama oleh dua atom.
- Ikatan Garam yaitu ikatan antara ion-ion yang bermuatan berlawanan dalam suatu molekul.
- Ikatan Ester yaitu ikatan antar asam amino yang mempunyai radikal karboksil bebas berdekatan dengan radikal hidroksi bebas.
- Ikatan hidrogen yaitu ikatan yang banyak terdapat dalam molekul protein, terutama yang menghubungkan antara C, O, H, dan N.


1.4   Pertanyaan Uji Xantho Protein
1. Reaksi ini khusus protein yang mengandung asam amino apa ?
Jawab: Mengandung asam amino esensial.

2. Tuliskan reaksi kimianya ?
Jawab:




3. Apa yang terjadi jika kulit kena asam nitrat pekat ? Mengapa demikian ?
Jawab: Kulit akan melepuh karena asam nitrat termasuk asam kuat yang mudah teroksidasi.
Lampiran 2 Lemak.Jawaban Pertanyaan
2.1   Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
a)      Senyawa manakah yang merupakan steroid murni ?
Jawab : kolesterol
b)      Senyawa manakah yang mempunyai bau paling enak ?
Jawab : minyak kelapa




Lampiran 3. Gambar Alat Praktikum
1
2
3
Gelas Ukur
Tabung Reaksi
Penjepit
Untuk Mengukur Larutan
Tempat untuk Mereaksikan Larutan
Untuk menjepit tabung reaksi yang sedang dipanaskan
4
5
6
Rak Tabung
Beker Glass 250 ml
Pipet Tetes
Tempat meletakan tabung
Untuk Tempat Larutan
Untuk Mengambil Larutan