Friday, January 20, 2012

Kandang dan Lingkungan

Kandang Sapi Perah
            Jenis kandang yang ada di Laboratorium Ilmu Ternak Perah ada tiga yaitu kandang laktasi tunggal, kandang laktasi ganda dan kandang pedet. Fungsi kandang di daerah tropis adalah untuk melindungi sapi dari derasnya air hujan, kencangnya angin, panasnya sinar matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian (Timan, 2003).
Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besar bangunan harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dalam keadaan iklim setempat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit (Sudomo,1987).
Macam-macam kandang sapi perah antara lain kandang pedet dan kandang sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi kandang observasi (observasi pens), kandang individu (individual pans), kandang kelompok (group pens), kandang pedet berpindah (portable calf pens) (Sudomo,1987).
Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain kandang tambat (stanchion bain), pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat terbatas, sehingga kondisi sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu kandang bertingkat dan kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan mengurangi resiko angin topan, mengurangi resiko kebakaran, murah dan membuatnya, serta mudah perawatannya (Sudomo, 1987).
Kandang tunggal atau satu lantai dilihat dari penempatan sapi dibedakan menjadi satu baris atau lebih dari satu baris. Jenis kandang yang lain yaitu kandang lepas yang merupakan sistem kandang yang memberi kesempatan sapi bebas karena tidak ditambat. Kandang ini terdiri dari kandang lepas sistem loose housing merupakan kandang sapi perah yang sapinya tidak ditambat, bagian kandang ini terdiri dari ruang tempat istirahat, tempat peranginan dan tempat penyimpanan makanan, tempat memerah dengan mesin dan tempat sapi kering. Kandang lepas system freestall pada prinsipnya sama dengan system loose housing, yaitu sapi dipelihara dikandang dengan tidak ditambat. Pada kandang freestall tempat istirahat atau tidur sapi disekat-sekat, dan tiap sekatnya hanya cukup untuk satu ekor (Sudomo, 1987).
Beberapa faktor yang turut menentukan ukuran, tipe, dan penggunaan kandang antara lain ukuran nyata dari kelompok sapi perah dan rencana ekspansi; kemiringan, pengaliran dan penampakkan sisi bangunan; kondisi iklim; ukuran dan produktivitas usaha; tenaga kerja yang tersedia; modal yang tersedia; aturan sanitasi dan aturan perdagangan susu; aturan pembangunan dan bangunan di wilayah itu; kesukaan personel (Timan, 2000).
Pada kajian teknis beberapa hal perlu dipertimbangkan antara lain ternak sapi perah harus dapat berada atau meletakkan diri di suatu ruangan yang memungkinkannya melakukan berbagai gerakan dan khususnya untuk tidur: sinar yang dapat menjamin kesehatan yang baik dari ternak dan membuat ruang menjadi menyenangkan; orientasi sumbu utara-selatan menjamin panas yang baik sepanjang hari terutama di pulau Jawa; ternak perah butuh suhu optimal pada suhu 1 sampai 15oC; ventilasi udara kandang tidak boleh terlalu lembab lebih-lebih di negara tropika basah seperti Indonesia; kecepatan angin kurang dari 0,25 m/detik untuk suhu <100C sedangkan untuk suhu >200C kecepatan anginnya >1m/detik (3.600 m/jam); kadar amoniak yang diijinkan adalah 5 ppm (5 bagian per sejuta); udara sekitar harus mengandung cukup oksigen untuk pernafasan sekitar 0,2 m3/jam tiap kg berat hidup (Timan, 2000).
Letak kandang diusahakan tidak terletak pada pusat kota atau pemukiman penduduk, letaknya harus lebih tinggi dari wilayah sekitarnya sehingga sekitar kandang tidak kumuh atau air dari kandang tidak mencemari dan wilayah sekitarnya tetap bersih dan kering, cukup tersedia air bersih sepanjang tahun untuk minum sapi, memandikan sapi, membersihkan kandang, peralatan penampung susu dan keperluan lainnya, tersedia tanah untuk umbaran/pelepasan sapi dan tanaman hijauan pakan sapi, kandang diusahakan agar terhindar dari angin kencang dengan menanami pepohonan di sekitar kandang atau pagar hidup yang biasanya cukup untuk menahan angin (Soetarno, 2003).
Atap genteng mempunyai kemiringan 30-45 serta tempat pakan sebaiknya dibuat berupa palung agar mempemudah ternak mengambil makanannnya dan mudah dibersihkan. Selokan kandang belum sesuai dengan standar karena belum adanya selokan khusus untuk menuju ke tempat pembuangan limbah secara lancar (Soetarno, 2003).
Kebersihan kandang merupakan syarat penting bagi sapi perah perlu selalu ditekankan dan benar-benar diperhatikan. Tidak boleh ada pojok, lobang-lobang atau retak pada lantai, tempat makanan dan sebagainya yang menyebabkan menyukarkan usaha kebersihan. Pojok-pojok hendaknya dibuat agak bundar, semua lobang-lobang dan kerusakan lantai harus segera diperbaiki sehingga kandang harus diusahakan tetap bersih, kering dan bebas dari sarang laba-laba. Kandang dikapur sedikitnya setahun sekali dengan warna agak tua (kelabu) agar tidak menyakitkan mata sapi (Soetarno, 2003).
Cahaya matahari diusahakan dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003).
Pertukaran udara di kandang perlu dijaga agar pertukaran udara di kandang sempurna. Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat dijaga (Soetarno, 2003).
Upaya-upaya pencegahan untuk mengatasi pencemaran lingkungan antara lain sebaiknya kandang sapi perah terpisah dengan tempat pemukiman atau lebih tinggi dari sekitarnya; semua kotoran dari kandang (feses dan sisa pakan) dikumpulkan di tempat berlobang yang diberi atap; air dari kandang sebelum masuk sungai harus terlebih dahulu melalui peresapan; apabila dananya memungkinkan dapat dibuat biogas; kotoran (feses) dan sisa pakan sapi perah dapat dimanfaatkan untuk membuka cabang usaha yang mempunyai masa depan yang menjanjikan berupa budidaya cacing tanah seperti yang dilakukan di negara-negara maju (Soetarno, 2003).
Selama hidupnya sapi perah kebanyakan berada didalam kandang. Oleh karena itu kandang berfungsi sebagai tempat tinggal dan pemerahan susu dilakukan dikandang (Siregar,1989).
            Kandang dan lingkungan disekitarnya harus dibersihkan setiap hari dan secara teratur. Bersihkan lantai kandang bila perlu menggunakan disinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Tempat makan dan minum harus dibersihkan setiap hari, tempat makan dan minum yang kotor merupakan sarang bibit penyakit. Untuk menghindari debu sapi diberi makanan kering satu jam sebelum pemerahan atau sesudah pemerahan (Sutarno,1999).
            Kandang dan lingkungan yang bersih menghindarkan susu dari pencemaran oleh kotoran dan bau karena sifat susu mudah menghisap bau sekitarnya. Apabila akan dilakukan pemerahan lantai harus bersih, kotoran harus dibuang tidak didekat kandang dengan menggunakan sekop yang berbeda untuk makanan. Kandang yang bersih membuat sapi nyaman, dan peternak betah bekerja dikandang (Sutarno,1999).

http://anakkandang.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem


kandang juga harus bisa menunjang atau member kemudahan bagi peternak dalam pemeliharaan, perawatan dengan memperhatikan factor penunjang lainnya.

Syarat kandang:

1. Terpisah dari rumah minimal 10 m
2. Bahan kandang mudah diperoleh, murah, kuat dan tahan lama
3. Konstruksi kokoh dan kuat
4. Lantai harus rata, tidak licin, keras dan lebih tinggi dari sekitarnya
5. Atap berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan terik matahari, gunakan atap yang sesuai dan dipasang miring.

Ukuran kandang:

1. Sapi dewasa : 80-100 cm x 250 cm per ekor sapi
2. Anak sapi : 80 cm x 250 cm per ekor sapi

Perlengkapan kandang

Perlengkapan kandang sapi cukup sederhana, yang harus disediakan hanya tempat makan dan tempat minum. Disamping itu perlu juga disediakan alat kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, ember, tali, dll.

Penyakit Sapi

Penyakit merupakan factor yang berhubungan langsung dengan kesehatan ternak dan dapat sangat merugikan peternak. Hal yang harus diperhatikan untuk pencegahan penyakit antara lain:

•Ternak harus selalu bersih
•Lakukan vaksinasi secara teratur
•Kandang dan lingkungan harus selalu kering dan bersih
•Sirkulasi udara lancer
•Pisahkan ternak yang sakit dengan yang sehat

•Bila terlihat tanda-tanda ternak sakit segera diobati.

Beberapa penyakit ternak sapi yang biasa menyerang sapi antara lain (Sumber:  Siregar, 2002):

1. Penyakit ngorok

Gejala:

• Lesu dan gemetaran
•Demam dan suhu badan tinggi

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Pencampuran pakan tersebut dilakukan di sebuah tempat dekat dengan tempat penampungan bahan pakan yang tersebut di atas. Pencampuran diusahakan yang rata hingga homogen. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa alat cangkul dan sekop. Sedangkan alat yang digunakan untuk memindahkan pakan dari tempat pencampuran ke bak-bak tempat pakan sapi menggunakan ember. Pemberian air minum secara ad libitum sesuai dengan pendapat Timan (2003) bahwa pada pemeliharaan sapi perah, air minum harus selalu ada atau tersedia karena air mempunyai fungsi sangat vital. Fungsi dari air untuk sapi perah adalah sebagai zat pelarut dan pengangkut zat makanan, membantu proses pencernakan, penyerapan dan pembuangan hasil metabolisme, memperlancar reaksi kimia dalam tubuh, pengatur suhu tubuh dan membantu kelancaran kerja syaraf panca indra. Jumlah pakan yang diberikan merupakan factor kritis yang paling utama dalam produksi susu sapi perah. Sapi perah mengkomsumsi pakan (hijauan dan konsentrat) dalam bahan kering sebesar 3–4% dari bobot badannya, disamping jumlah, maka imbangan hijauan dengan kosentrat juga akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Pakan yang terlalu banyak hijauannya (>70%) akan menyebabkan jumlah produksi susu turun, tetapi kadar lemak susu naik, sebaiknya pakan yang terlalu banyak mengandung konsentrat (>50%) akan menyebabkan kenaikan jumlah produksi susu dengan kadar lemak yang rendah. Bahan pakan berserat merupakan bahan utama sapi perah misalnya rumput. Bahan pakan tersebut mengandung serat kasar yang tinggi, tetapi kadar serat kasar yang terlalu tinggi dalam ransum dapat mengakibatkan ransum sulit dicerna, sebaliknya ransum mengandung serat terlalau rendah dapat menyebabkan gangguan pencernaan 2. Sanitasi Kandang pada pemerahan susu sapi Pujon Malang terdiri dari 8 kandang yang terdiri dari : 5 kandang sapi laktasi, 1 kandang sapi kering dan karantina, 1 kandang pejantan dan 1 kandang pedet. Kandang yang ada dibangun tidak melintang kearah Utara - Selatan karena untuk memanfaatkan lahan yang ada lokasi peternakan bersebelahan dengan perumahan rakyat, sehingga kandang terasa lembab dan gelap untuk mengatasi lembabnya lantai pada sanitasi kandang jam 21.00 lantai tidak disiram air hanya kotorannya saja yang dibersihkan. Tindakan sanitasi merupakan suatu usaha untuk menjaga kebersihan kandang yang akan memberikan dampak yang positif yaitu ternak dapat terbebas dari penyakit baik melalui bakteri, virus maupun parasit. Pemeliharaan sapi Pujon Malang, menggunakan sistem sanitasi yang optimal untuk menjaga keadaan nyaman di sekitar peternakan. Hal ini bahwa peternakan mempunyai kafe untuk menjual susu yang diproduksi di dalam peternakan sehingga dalam penggunaan air untuk melakukan sanitasi terhadap ternak dan lingkungan relatif banyak sehingga banyak air yang terbuang. Sanitasi yang di lakukan peternakan

Timan, Soetarno. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment

Comment Me