Sunday, December 19, 2010

CARA MEMBERI PAKAN PADA TERNAK BESAR YANG BAIK DAN BENAR

Hijauan Makanan Ternak (Forages) merupakan bahan makanan atau pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi perah, sapi potong (pedaging). Untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini dimungkinkan bila kita mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik rumput maupun legum.
            Di Indonesia dengan kondisi iklim dan tanah yang subur membuat peternak tidak pernah memikirkan dan merencanakan penyediaan pakan hijauan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebagian besar peternak umumnya belum memiliki lahan yang cukup untuk budidaya hijauan, bahkan ada yang tidak memiliki lahan kebun rumput. Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan merupakan kendala bagi peternak. Di samping itu para peternak belum mengupayakan lahan kebun rumputnya dikelola secara baik dan efektif sehingga produktivitasnya belum optimal.
            Produksi rumput dari kebun rumput bila dipelihara secara optimum pada bulan basah akan menghasilkan hijauan yang maksimum, tetapi hal ini perlu dilakukan penanganan secara baik dan benar untuk dijadikan cadangan pada musim kemarau, sehingga memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternaknya baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat dilakukan jika sistem pengelolaan penyediaan hijauan dari pemotongan kemudian diberikan langsung kepada ternak, menjadi dari kebun rumput ke gudang hijauan baru diberikan kepada ternak. Perubahan ini tidak mudah tetapi jika dicoba akan memberikan hasil yang efisien dan efektif dengan memfungsikan gudang pakan sebagai sentral manajemen pakan. Pada lingkup gudang pakan inilah perencanaan pakan peternak bermula, dari mulai panen hijauan hingga prosesing hijauan untuk persediaan dimusim sulit pakan.
            Penyediaan hijauan sepanjang tahun dengan teknik yang sederhana dan murah dapat terlaksana tergantung kepada kemapuan dan kemauan dari setiap pengelola kandang dalam pemeliharaan ternaknya.

Ada beberapa proses pengawetan yang umum di lakukan adalah :
Hay : hijauan yang dikeringkan sehingga kandungan air 12-20%, disebut juga sale hijauan
Silase : hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat.
Amoniasi : proses pengawetan hijauan dengan menggunakan amonia.




Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti :
-Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll
Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase :
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya lihat di bagian Prinsip Fermentasi
Bahan tambahan
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan phase tahapan prosesnya , maka kita bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pebuatan silase.
Manipulasi di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase
Manipulasi dengan penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung dengan
memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
-Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
-Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
-Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
-Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
-Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.
Biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat
Proses pembuatan Silase
Setelah memahami prinsip dasar pembuatan silase, maka proses tahap pelaksanaan pembuatan silase akan menjadi sangat mudah di fahami apa dan mengapanya.
Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan.
Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan.
Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter.
Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anda.
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk di angkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.

Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic, lihat dip hase-6.
Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo.
Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo , isinya langsung habis di konsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan.
Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob
Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama – mengapa – lihat pada Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
1.Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku
Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter.
Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya
ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di aduk secara
merata, sebelum di masukan dalam silo
2.Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.
3.Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap
lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan
sama sekali dari ruang silo – Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
4.Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo -- Lihat Prinsip
Dasar Fermentasi Silase.
5.Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung,
selama tiga minggu
6.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil
pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, jika penilaian anda mendapatkan hasil 100 atau
mendekati 100, maka cara and membuat silase sudah sangat baik, lakukan cara tersebut untuk pembuatan silase
berikutnya.
7.Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.
8.Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan
yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.
Bagi Pemula:
Bagi pemula yang belum pernah membuat fermentasi silase, akan menganggap proses ini adalah proses yang sulit dan serba canggih. Namun jika telah mengetahui prinsip dasarnya maka pembuatan silse ini bukanlah merupakan sesuatu yang sulit ataupun aneh serba canggih serta padat teknologi.
Sedikit menyinggung sejarah di temukannya silase;
Pada jaman dahulu kala di daratan Eropa ada seorang penggembala sapi, yang selalu dengan rajin dan penuh perhatian pada ternak yang di gembalanya. Dia sangat memperhatikan keberadaan beberapa anak sapi gembalaannya yang sering tidak kebagian hijauan saat merumput. Kemudian dia menyabit rumput, yang kemudian dia tempatkan pada kantung kain tebal yang selalu dia bawa sebagai tempat menyimpan bekal makannya. Rumput yang di bawanya kemudian dengan penuh rasa kasih sayang di berikan pada anak-anak sapi setibanya di kandang.
Pada suatu ketika , setelah menyabit dan menempatkan rumput di dalam kantung tebalnya, anak–anak sapi tersebut selalu mendekatinya dan berusaha memakan rumput yang berada dalam kantung tersebut. Penggembala itu merasa kesal, menghardik agar anak sapi tersebut belajar merumput, kemudian dia mengubur kantung plastiknya di dalam tanah, agar anak sapi tersebut tidak manja dan mau berusaha lebih keras dalam merumput.
Sebagai manusia biasa si penggembala tidak bisa menemukan kembali kuburan kantung plastiknya, saat mereka pulang ke kandang.
Beberapa minggu kemudian saat menggembala pada tempat yang sama dimana dia mengubur kantung plastiknya, secara kebetulan dia menemukan kembali kuburan tersebut.
Setelah di gali ulang, di buka dan dilihat isinya, ternyata rumput tersebut masih ada serta beraroma wangi dan berasa kemanisan. Dia coba berikan pada anak-anak sapi, ternyata mereka sangat menyukainya, demikian juga saat di berikan pada sapi dewasa lainnya.
Sejak itulah proses fermentasi di kenal dan di pergunakan untuk mengawetkan hijauan.
Jika saat ini proses fermentasi silase terkesan serba scientific, itu karena para ilmuwan terus menyelidiki dan mengembangkannya , dengan menggunakan istilah-istilah yang ruwet njlimet serta susah di mengerti, walaupun tujuannya memudahkan bagi para peternak.
Bagi para pemula dan peserta yang belum pernah membuat fermentasi silase, lakukan tahapan pada penjelasan di atas, dengan sekala jumlah yang kecil terlebih dahulu.
Gunakan kantung plastik bekas pembungkus sebagi silo, sebanyak sepuluh kantung silo atau kelipatan dari sepuluh. Perhatikan betul-betul jangan sampai ada yang bocor silo mini nya.
Lima silo mini diperuntukan pembuatan silase tanpa bahan tambahan,lima lainnya untuk pembuatan silase dengan menggunakan bahan tambahan.
Setiap minggu bukalah masing-masing satu silo yang memakai bahan tambahan dan yang tidak.
Periksa dengan seksama hasilnya. Lakukan pencatatan dari apa yang anda temukan, bandingkan dengan penjelasan diatas.
Pada minggu ke empat dan kelima, anda akan mampu memberikan skore atau penilaian hasil fermentasi yang anda lakukan , dengan melihat Kriteria Silase yang baik di bawah ini.
Setelah melakukan berulang ulang, maka anda akan merasakan bahwa proses pembuatan silase adalah suatu proses yang penuh dengan nuansa seni yang tinggi, sehingga sangat menyenangkan untuk di lakukan.
Ketekunan, kecepatan, kebersihan serta kepatuhan pada prosedur dan tahap pembuatan silase, akan menentukan perbedaan hasil yang di dapat.
Penilai ahir dari produksi silase anda , adalah ternak anda, jika ternak anda menyukainya, pertumbuhannya lebih baik, serta anda tidak takut lagi menghadapi kelangkaan hijauan saat musim panas yang panjang. Berarti anda telah meraih satu tahap kesuksesan dalam hidup anda. Tiada yang menilai kesuksesan anda, tiada yang memberikan penghargaan pada kesuksesan anda ini, namun dengan pasti kesuksesan berikutnya telah menanti anda.

Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25
6. Rasanya sedikit asam Nilai 20
7. Tidak ada rasa Nilai 10
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 0
WARNA
9. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25
10.Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10
11.Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
SENTUHAN
12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara
  1. Pemberian Pakan
    Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a)   sistem penggembalaan (pasture fattening)
b)   kereman (dry lot fattening)
c0  kombinasi cara pertama dan kedua.
  1. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.
    Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
    Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.
    Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
    Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
3.      Komponen utama usaha penggemukan sapi potong adalah pakan. Dalam penggemukan berskala bisnis modern, pakan utama adalah konsentrat plus silase. Hijauan, baik segar maupun kering hanya diberikan sekadar untuk "lauk pauknya". Sementara dalam penggemukan secara tradisional, pakan utama adalah hijauan (juga segar maupun kering), sementara pakan tambahannya hanya berupa dedak, ampas tahu, ampas singkong, tetes tebu dan pakan lain sesuai dengan ketersediaan setempat. Karenanya pertambahan bobot hidup rata-rata pada penggemukan secara tradisional hanyalah 0,5 kg. per hari. Meskipun sapi yang digemukkan merupakan bakalan impor, dengan pola penggemukan tradisional, sulit untuk mencapai pertumbuhan bobot hidup 1 kg. per hari. Sementara sapi lokal pun, apabila digemukkan dengan pakan utama konsentrat dan silase, sementara hijauannya hanya merupakan pakan tambahan, akan mencapai pertumbuhan bobot hidup lebih dari 0,5 kg per hari. Pada akhirnya, yang akan menentukan untung ruginya penggemukan sapi potong adalah komponen biaya pakan ini. Apabila kita bisa menemukan pakan yang mampu meningkatkan bobot hidup tinggi namun harganya murah, maka tingkat keuntungannya akan bertambah. Sebaliknya, penggunaan konsentrat pabrik secara berlebihan, akan menelan biaya tinggi, hingga pertumbuhan bobot hidup yang dicapai tidak mampu lagi menutup biaya pakan.
4.      Hijauan murah yang selama ini masih belum termanfaatkan dengan baik untuk usaha penggemukan sapi potong adalah jerami padi. Kalau kita lewat kawasan Pantura atau sentra penghasil padi lainnya selama musim panen raya, maka akan tampak jerami yang dihamparkan di tengah sawah dan setelah kering langsung dibakar. Api (panas) yang ditimbulkan akibat pembakaran jerami ini, sebenarnya merupakan energi yang masih bisa diubah menjadi protein melalui pencernakan sapi. Di Gunung Kidul, DIY, pada musim kemarau sapi hanya diberi pakan jerami dan tebon (batang jagung) kering. Selulosa ini tentu sangat rendah gizinya. Namun di tahun 1950an, ketika pupuk urea diperkenalkan ke masyarakat, peternak di Gunung Kidul punya gagasan unik. Kalau mes (urea) bisa menyuburkan tanaman, mestinya juga bisa menggemukkan sapi. Maka mereka pun memberi sapi mereka sedikit urea pada minumannya. Biasanya air minum sapi ini dicampur dengan tetes, ampas singkong atau dedak. Di luar dugaan, ternyata sapi yang hanya diberi jerami dan tebon kering ini setelah mendapat urea benar-benar jadi gemuk. Dalam rumen (lambung sapi), memang terdapat bakteri penghancur selulosa. Dengan adanya starter urea plus karbohidrat, bakteri tersebut akan tumbuh pesat dan menghancurkan selulosa. Karena penghancuran jerami dan tebon kering ini dibantu oleh jutaan bakteri, maka penyerapan nutrisinya menjadi lebih optimal. Sementara bangkai bakteri berupa protein itu, merupakan gizi tambahan yang luarbiasa.
Sumber: http://foragri.blogsome.com
5.      Posted by Munif at Saturday, June 13, 2009 0 comments
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. 
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.  
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.  
Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan mengeluarkan produk suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC NASA, dan HORMONIK. 
Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. 
VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu : 
- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah 
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, 
Ca, Mg, Cl dan lain-lain. 
- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh. 
- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit. 
- Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat. 
POC NASA mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan sapi, ketahanan tubuh, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran. 
Sedangkan HORMONIK berfungsi membantu memacu dan meningkatkan bobot ternak sapi. 
written sago 4 November 2007

No comments:

Post a Comment

Comment Me