ADDITIVE
Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang
sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi
pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam
meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan
bahwa additive adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas ternak maupun kualitas produksi.
Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive
adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah
yang sedikit, misalnya additive bahan
konsentrat, additive bahan suplemen
dan additive bahan premix. Macam-macam additive antara lain
antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additive merupakan bahan
makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin,
mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed
additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika
dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan
penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging
menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun
telur.
Berbagai macam feed additive yang bersifat non
nutritive menurut Wahyu (1997) antara lain: (1) Makanan tambahan pelengkap
untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet; (2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk
meningkatkan palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna
di bawah kondisi tertentu; (4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan
nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan dari
serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang
disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai spektrum
luas (broad spectrum) dan daya
absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus;
(6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya
penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah cacing
dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam
lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses
peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk
memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon
yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.
Ransum ayam broiler dan ayam petelur
disusun sedemikian rupa sehingga mengandung konsentrasi zat-zat makanan
maksimum yang dapat diperoleh dengan harga layak untuk pertumbuhan, produksi
dan efisiensi penggunaan ransum maksimum. Untuk menjamin zat-zat makanan
tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan diangkut dari
sel-sel tubuh, maka pelengkap makanan tak bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke dalam ransum
sebagai tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan
zat-zat makanan (Rasyaf, 1994).
ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah kelompok zat kimia
yang dapat dibuat secara sintetik ataupun diturunkan dari organisme hidup, yang
memiliki khasiat mematikan (bakteriosid)
atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Hartadi (1991) menyatakan bahwa antibiotik adalah suatu obat yang
disintesa oleh suatu organisme mikro dan mempunyai kemampuan (dalam konsentrasi
sesuai) untuk menghambat pertumbuhan dari organisme mikro yang lain. Anggorodi (1980) menyatakan bahwa tujuan
utama dari pemberian antibiotika pada ransum adalah agar dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen (bakteri
penyebab penyakit), mencegah kerusakan makanan dalam usus oleh bakteri dan
mencegah timbulnya racun oleh kerja bakteri (amonia). Efek lebih lanjut
dari pemberian antibiotika adalah kondisi kesehatan ternak akan lebih baik,
sehingga metabolisme zat gizi pakan akan meningkat. Pengaruh terhadap tingkat produksi yaitu memperbaiki konversi ransum
sehingga penggunaan pakan lebih efisien.
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa
antibiotik merupakan hasil produksi mikroorganisme yang digunakan untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya, diantaranya: (1) Bacitracin, digunakan dalam campuran
ransum atau melalui air minum.
Antibiotika ini digunakan untuk mencegah penyakit selama cekaman dan
untuk necritik enteritis; (2) Chlortetracycline dapat digunakan
sebagai campuran di dalam ransum atau melalui air minum, antibiotika ini jangan
digunakan pada unggas pedaging bibit, kadangkala antibiotika ini dapat pula
untuk Coccidiosis; (3) Penicillin,
antibiotika ini digunakan dalam air minum dan juga melalui suntikan, campuran
vitamin + mineral untuk mencegah cekaman; (4) Tylosin, digunakan dalam campuran ransum dan air minum untuk
mengobati penyakit pernapasan pada unggas pedaging di masa awal; dan (5) Lincomycin, antibiotika yang digunakan
dalam campuran ransum dan dalam air minum.
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial
sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40
tahun. Senyawa antibiotik tersebut
digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil
namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan
reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak
dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa
antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang
penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak.
Antibiotik digunakan untuk melawan
infeksi dengan cara pencegahan atau pengobatan. Anggorodi (1985) menyatakan
bahwa antibiotik telah terbukti sangat berguna dalam memberantas
penyakit-penyakit tertentu. Penelitian
menunjukkan bahwa aureomisin
(kholtetrasiklin), basitrasin, zink basitrasin, penisillin, oleandomisin, dan
virgimisin, dicampurkan dalam ransum berguna sekali untuk merangsang
pertumbuhan anak-anak hewan.
PROBIOTIK
Probiotik tergolong dalam makanan
fungsional, di mana bahan makanan ini mengandung komponen-komponen yang dapat
meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang
ada dalam saluran pencernaan ternak. Probiotik merupakan mikro-organisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan
komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak
terjadinya mutasi pada ternak.
Probiotik berarti mikroorganisme yang
berguna, dan apabila konteksnya dalam pangan adalah makanan atau minuman yang
berisi mikroorganisme-mikroorganisme yang diharapkan begitu masuk dalam tubuh
akan dapat berguna dan bermanfaat meningkatkan kesehatan tubuh (Samadi, 2007).
Istilah probiotik pertama sekali
diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan tentang keseimbangan
mikro-organisme dalam saluran pencernaan.
Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam
saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan
bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat
menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak.
Sebagian besar probiotik yang digunakan
sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus
(L acidophilus, L lactis, L plantarum) dan Bifidobacterium (B bifidum,
B thermophilum), di samping itu terdapat juga bakteri Streptococcus
lactis dan jenis fungi seperti Aspergilus niger, Aspergilus oryzue.
Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya
ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga
meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Daud,
2005). Probiotik juga dapat meningkatkan
kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon
cancer). Hasil penelitian menunjukkan insiden
kanker lambung pada ternak yang diberikan probiotik (Lactobacillus GG)
berpengaruh nyata terhadap ternak yang tidak diberikan probiotik. Di mana ternak yang diteliti terlebih dahulu
diinjeksi dengan dimethylhydrazine (penyebab kanker).
Di samping bakteri, fungsi juga digunakan sebagai
probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae
merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces
cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena
kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability
dari pakan tersebut.
Di samping probiotik, saat ini banyak dikembangkan
berbagai jenis bahan aditif yang berasal dari produk mikro-organisme seperti
enzim (proteinase, amilase, selulase, xylanase, pectinase, dan lain sebagainya)
yang diberikan kepada ternak (Butt, 1999). Di berbagai negara akhir-akhir ini penelitian
yang berkaitan dengan salah satu mikro-organisme yang memproduksi enzim phytase
sedang gencar-gencarnya dilakukan. Enzim phytase
sangat bermanfaat karena kemampuan enzim tersebut mengubah fosfor yang terdapat
pada biji-bijian dalam bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia dan dapat
diserap oleh ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1980. Ilmu
Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan
Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.
Butt, H. 1999. Exploring management protocols for cronic fatique syndrome : a case for
pro and prebiotics. Probiot 8 : 2-6.
Daud, M. 2005. Performan Ayam Pedaging yang Diberi
Prebiotik dan Probiotik dalam Ransum. J. Ilmu Ternak. 5 (2) : 75-79.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Murtidjo, B. A. 1993.
Beternak Kambing. Kanisius.
Yogyakarta.
Murwani, R., C. I. Sutrisno, Endang K., Tristiarti dan Fajar W. Kimia dan
Toksiologi Pakan. 2002. Diktat Kuliah
Kimia dan Toksiologi Pakan. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan
Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Samadi. 2007. Staf pengajar Fakultas Pertanian Prodi Peternakan Universitas
Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh. www.ppi-goettingen.de/mimbar/kliping/probiotik.html
Wahyu, J. 1997. llmu
Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment
Comment Me