Tuesday, May 24, 2016

ADDITIVE, ANTIBIOTIK, PROBIOTIK

ADDITIVE

Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu  pakan ternak.  Murwani et al., (2002) menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi.  Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak.  Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additive  merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985).  Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.
Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997) antara lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet; (2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu; (4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah cacing dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.
Ransum ayam broiler dan ayam petelur disusun sedemikian rupa sehingga mengandung konsentrasi zat-zat makanan maksimum yang dapat diperoleh dengan harga layak untuk pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan ransum maksimum. Untuk menjamin zat-zat makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel tubuh, maka pelengkap makanan tak bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke dalam ransum sebagai tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan zat-zat makanan (Rasyaf, 1994).

ANTIBIOTIK

Antibiotik adalah kelompok zat kimia yang dapat dibuat secara sintetik ataupun diturunkan dari organisme hidup, yang memiliki khasiat mematikan (bakteriosid) atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Hartadi (1991) menyatakan bahwa antibiotik adalah suatu obat yang disintesa oleh suatu organisme mikro dan mempunyai kemampuan (dalam konsentrasi sesuai) untuk menghambat pertumbuhan dari organisme mikro yang lain.  Anggorodi (1980) menyatakan bahwa tujuan utama dari pemberian antibiotika pada ransum adalah agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit), mencegah kerusakan makanan dalam usus oleh bakteri dan mencegah timbulnya racun oleh kerja bakteri (amonia).  Efek lebih lanjut dari pemberian antibiotika adalah kondisi kesehatan ternak akan lebih baik, sehingga metabolisme zat gizi pakan akan meningkat. Pengaruh terhadap tingkat produksi yaitu memperbaiki konversi ransum sehingga penggunaan pakan lebih efisien.
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa antibiotik merupakan hasil produksi mikroorganisme yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya, diantaranya: (1) Bacitracin, digunakan dalam campuran ransum atau melalui air minum.  Antibiotika ini digunakan untuk mencegah penyakit selama cekaman dan untuk necritik enteritis; (2) Chlortetracycline dapat digunakan sebagai campuran di dalam ransum atau melalui air minum, antibiotika ini jangan digunakan pada unggas pedaging bibit, kadangkala antibiotika ini dapat pula untuk Coccidiosis; (3) Penicillin, antibiotika ini digunakan dalam air minum dan juga melalui suntikan, campuran vitamin + mineral untuk mencegah cekaman; (4) Tylosin, digunakan dalam campuran ransum dan air minum untuk mengobati penyakit pernapasan pada unggas pedaging di masa awal; dan (5) Lincomycin, antibiotika yang digunakan dalam campuran ransum dan dalam air minum.
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun.  Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak.
Antibiotik digunakan untuk melawan infeksi dengan cara pencegahan atau pengobatan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa antibiotik telah terbukti sangat berguna dalam memberantas penyakit-penyakit tertentu.  Penelitian menunjukkan bahwa aureomisin (kholtetrasiklin), basitrasin, zink basitrasin, penisillin, oleandomisin, dan virgimisin, dicampurkan dalam ransum berguna sekali untuk merangsang pertumbuhan anak-anak hewan.






PROBIOTIK

Probiotik tergolong dalam makanan fungsional, di mana bahan makanan ini mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Probiotik merupakan mikro-organisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak.
Probiotik berarti mikroorganisme yang berguna, dan apabila konteksnya dalam pangan adalah makanan atau minuman yang berisi mikroorganisme-mikroorganisme yang diharapkan begitu masuk dalam tubuh akan dapat berguna dan bermanfaat meningkatkan kesehatan tubuh (Samadi, 2007).
Istilah probiotik pertama sekali diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan tentang keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan.  Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak.
Sebagian besar probiotik yang digunakan sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus (L acidophilus, L lactis, L plantarum) dan Bifidobacterium (B bifidum, B thermophilum), di samping itu terdapat juga bakteri Streptococcus lactis dan jenis fungi seperti Aspergilus niger, Aspergilus oryzue. Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Daud, 2005). Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon cancer). Hasil penelitian menunjukkan insiden kanker lambung pada ternak yang diberikan probiotik (Lactobacillus GG) berpengaruh nyata terhadap ternak yang tidak diberikan probiotik.  Di mana ternak yang diteliti terlebih dahulu diinjeksi dengan dimethylhydrazine (penyebab kanker).
Di samping bakteri, fungsi juga digunakan sebagai probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability dari pakan tersebut.  
Di samping probiotik, saat ini banyak dikembangkan berbagai jenis bahan aditif yang berasal dari produk mikro-organisme seperti enzim (proteinase, amilase, selulase, xylanase, pectinase, dan lain sebagainya) yang diberikan kepada ternak (Butt, 1999).  Di berbagai negara akhir-akhir ini penelitian yang berkaitan dengan salah satu mikro-organisme yang memproduksi enzim phytase sedang gencar-gencarnya dilakukan. Enzim phytase sangat bermanfaat karena kemampuan enzim tersebut mengubah fosfor yang terdapat pada biji-bijian dalam bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia dan dapat diserap oleh ternak.
DAFTAR PUSTAKA


Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.

Butt, H. 1999. Exploring management protocols for cronic fatique syndrome : a case for pro and prebiotics. Probiot 8 : 2-6.

Daud, M. 2005. Performan Ayam Pedaging yang Diberi Prebiotik dan Probiotik dalam Ransum. J. Ilmu Ternak. 5 (2) : 75-79.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Murtidjo, B. A. 1993. Beternak Kambing. Kanisius. Yogyakarta.

Murwani, R., C. I. Sutrisno, Endang K., Tristiarti dan Fajar W. Kimia dan Toksiologi Pakan. 2002. Diktat Kuliah Kimia dan Toksiologi Pakan. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Samadi. 2007. Staf pengajar Fakultas Pertanian Prodi Peternakan Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh. www.ppi-goettingen.de/mimbar/kliping/probiotik.html


Wahyu, J. 1997. llmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 

No comments:

Post a Comment

Comment Me