Untuk
mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati pada
dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan
dalam proses industri. Metode metabolit pengempaaan digunakan pada senyawa
katecin daun gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa sawit.
Metode
ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan kuantitas yang
cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses metabolit
sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka
metode-metode dan proses industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan
hal di atas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa metabolit sekunder
dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas
dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud tersebut.
Dari
identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga
untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan
pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, di mana pelarut
polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non
polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Sebelum
melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu
tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat
diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara
kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk tujuan
tersebut maka diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi
pendahuluan senyawa metabolit sekunder sebagai berikut:
Sebanyak
4 gram sampel segar dirajang halus dan dididihkan dengan 25 ml etanol selama
lebih kurang 25 menit, disaring dalam keadaan panas, kemudian pearut diuapkan
sampai kering. Ekstrak dikocok kuat dengan kloroform lalu ditambahkan air
suling, biarkan sampai terbentuk dua lapisan, yakni lapisan kloroform dan
lapisan air. Beberapa tetes ditempatkan dalam tabung reaksi ditambahkan besi
(III) klorida, timbul warna hijau sampai ungu menandakan positif mengandung
fenolik.
Secara
umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan seperti
bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan
pelarut organik polar seperti metanol.
Beberapa
metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain :
1. Maserasi
Maserasi
merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada
temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding
dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dengan pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam
pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling
banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
2. Perkolasi
Merupakan
proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa
senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya
akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut
yang digunakan.
3. Solketasi
Solketasi
menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di hemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat
baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
4. Destilasi
uap
Proses
destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu
yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.
5. Pengempaan
Metode
ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi CPO dari buah
kelapa sawit dab isolasi katecin dari daun gambir. Dimana dalam proses tidak
menggunakan pelarut.
Hasil
yang diperoleh berupa ekstrak yang mana seluruh spade senyawa bahan alam yang
terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstak ini.
Penentuan
jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan
komponen – komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat
dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan
mengggunakan kolom kromatografi dan sebagai fas diam dapat digunakn silika gel
dan eluan yang digunakan berdasarkan hasil yang diperoleh dari KLT dan akan
lebih baik kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah
kepolaran eluen pada KLT.
Pemilihan
eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak polar seperti heksana
dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar
lainnya masing – masing pelarut.
Selanjutnya
suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi berdasarkan kimia,
fisika, dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari isolasi yang menggunakan
metode standar tidak semua senyawa akan secara utuh seperti yang terdapat dalam
tumbuhan tesebut, karena sebagian senyawa ada yang terlarut dan terpecah dalam
proses isolasi dan hasil terjadi seperti putusnya ikatan glikosida membentuk
aglikon dan gula dengan adanya air.
Identifikasi
senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur senyawa ditemukan merupakan
pekerjaan yang sangat menentukan dalam proses mengenal, mengetahui dan pada
akhirnya menetapkan rumus molekul yang sebenarnya dari senyawa tersebut.
Di
antara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat
dilakukan dengan metode standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa
kimia dan termasuk derivat – derivatnya antara lain:
1. Metode
Spektroskopi
Metode
spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam penentuan struktur
senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada khususnya.
Metode tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan
yang berbeda, yaitu :
a. Spektroskopi
UV
Merupakan
metode yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari senyawa organik dan
membedakan senyawa aromatic atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi denga
senyawa alifatik rantai jenuh.
b. Spektroskopi
IR
Metode
yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat
dalam senyawa organik, yang mana gugus fungsi dari senyawa organik akan
dapat ditentukan berdasarkan ikatan tiap atom dan merupakan bilangan frekuensi
yang spesifik.
c. Nuklir
Magnetik Resunansi Proton
Metode
ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang mempunyai proton atau tanpa
proton. Disamping itu akan dikenal atom – atom lainnya yang berkaitan dengan
proton.
d. Nuklir
Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13
Digunakan
untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis atom karbon pada
senyawa terebut.
e. Spektroskopi
Massa
Mengetahui
berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya fragmentasi ion molekul yang
menghasilkan pecahan – pecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m / z
dari masing – masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen – fragmen
denga terjadinya pemutuan ikatan apabila disusun kembali akan dapat menentukan
kerangka struktur senyawa yang diperiksa.
2. Kromatografi
Penggunaan
kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa metabolit sekunder dan
dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam
menentukan struktur senyawa.
Berbagai
jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain:
a. Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) : Merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk
menentukan kemurnian senyawa yang ditemukan atau dapat menentukan jumlah
senyawa dari ekstrak kasar metabolit sekunder. Cara ini sangat sederhana dan
merupakan suatu pendeteksian awal dari hasil isolasi. b. Kromatografi
Kolom : Digunakan untuk pemisahan campuran bebrapa senyawa yang diperoleh
dari isolasi tumbuhan. Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi
– fraksi senyawa akan menghasilkan kemurnian yang cukup
tinggi. c. Kromatografi Gas : Pemisahan campuran senyawa yang
cukup stabil pada pemanasan, karena sampel yang digunakan akan dirubah menjadi
fasa gas dan dengan adanya perbedaan keterikatan senyawa pada fasa
padat yang digunakan terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan masing
– masing senyawa dari campurannya. d. Kromatografi Cair : Lebih
dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography ) dan lebih dari 75 %
dari pemakaian HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau C – 18
sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa senyawa dapat diganti kepolarannnya
pada saat digunakan dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa gradien. Pada
kondisi gradien, senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih lemah oleh fasa padat
dan akan dielusi dengan pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa polar akan
diadsorpsi lebih kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai
polaritas luas, pemisahan harus dilakukan dengan merubah kepolaran pelarut yang
digunakan. Efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan pengaturan dan
penggunaan pelarut sebagai pembantu dalam pemakaian HPLC.
Low
level Roughages + Concentrates
Ternak
memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi,
laktasi, gerak dan kerja. Oleh karena itu pemberian hedaknya memperhitungkan
semua kebutuhan tersebut, atau dengan kata lain , pemnberian pakan disesuaikan
dengan kebutuhan ternak.
Pakan
utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun
lamtoro dan turi, dll) atau aneka hijauan (daun singkong yang mempunyai protein
cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan
sebelum diberikan pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu 2-3 jam
dibawah terik matahari untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan
tersebut.
Selain
pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat atau konsentrat.
Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah
dahulu). Jenis pakan tersebut relatif murah dan mudah dibeli di mana saja.
Pakan konsentrat ini akan memberikan sumbangan cukup besar untuk kebutuhan
nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40%
berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.
Teknik
pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan, karena
pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan
hijauan. Jumlah pemberian konsentrat sekitar 3 kg/ekor/hari.
Penambahan
konsentrat pada kambing dan domba bertujuan untuk meningkatkan nilai
pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan
peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah.
Selain itu penemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino
essensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga
bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi
di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.
Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu
konsentrat sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein. .
a. Konsentrat
sebagai sumber protein apabila kandungan protein lebih dari 18%, Total
Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada konsentrat yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
Berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47%. Mineral Ca lebih dari 1%
dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar dibawah
2,5%. Contohnya : tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung
darah, tepung bulu dan tepung cacing. Berasal dari tumbuhan, kandungan
proteinnya dibawah 47%, mineral Ca dibawah 1% dan P dibawah 1,5% serat kasar
lebih dari 2,5%. Contohnya : tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga
matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit
dll.
b. Konsentrat
sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan
serat kasarnya lebih dari 10%. Contohnya : dedak, jagung, empok, polar dll.
Konsentrat yang baik apabila terdiri dari bermacam macam bahan pakan supaya
mendapatkan asam amino yang lengkap. Untuk pembuatan konsentrat harus
diperhatikan bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun ransum, baik dalam
cara penyediaan maupun kandungan gizinya. Perlu diperhatikan pada pemberian
jagung harus diimbangi dengan pemberian bahan yang berasal dari
kedelai, pada pemberian bahan yang berasal dari kedelai sebaiknya dimasak
terlebih dahulu,karena kedelai mengandung zat anti tripsin yang rusak bila kena
panas. Konsentrat pada Kambing dan Domba diberikan sesuai dengan tipenya.
Kambing dan Domba perah yang berproduksi tinggi yang kadar lemak yang
diinginkan tinggi maka membutuhkan protein tertinggi. Sedangkan protein sangat
sedikit dibutuhkan pada Kambing dan Domba yang sedang masa kering. Program
perhitungan pakan pada Kambing dan Domba biasanya dihitung berdasarkan bahan
kering.
2.
Kombinasi
Pakan Untuk Peternak Sapi Perah
Low
level Roughages + Complete Feed
Pemberian pakan dengan level hijauan rendah ditambah
dengan complete feed untuk sapi perah merupakan salah satu langkah untuk mengantisipasi
kekurangan serat kasar (SK) dalam pakan. Sapi perah dalam produksi susunya
memerluhkan SK dalam jumlah yang cukup. SK yang didapat dari hijauan yang
jumlahnya sedikit dapat ditambah dengan SK yang sudah terdapat pada complete
feed.
Complete
feed (CF) adalah pakan siap pakai untuk ternak ruminansia yang
mengandung zat-zat makanan ternak secara lengkap (bahan kering, abu, protein,
serat kasar dan energi) yang susunan gizinya (nutrisinya) maupun komposisinya
diformulasikan seimbang, lengkap dan mencukupi kebutuhan ternak. Nutrisi lengkap
untuk ternak ruminansia terdiri atas protein, lemak, serat kasar, energi,
mineral, dan bahan organik. Dengan introduksi complete feed, maka
usahatani ternak tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pakan hijauan, karena
unsur serat kasar yang umumnya terdapat dalam hijauan sudah cukup tersedia
dalam pakan complete feed.
Keuntungan
pemberian pakan komplit yaitu peternak lebih bisa mengontrol program pemberian
pakan, menghemat tenaga dan keseluruhan biaya produksi. Semua hijauan,
biji-bijian, suplemen protein, mineral dan vitamin telah dicampur menjadi satu
dan ternak akan mengonsumsi semuanya karena tidak bisa memilih bahan pakan yang
disukai. Nutrien pakan komplit telah disesuaikan menurut periode produksi,
fisiologis ternak dan produksi yang ingin dicapai sehingga tidak berlebih
maupun tidak kurang. Pemberian pakan komplit lebih praktis saat diaplikasikan
pada ternak ruminansia karena sudah mengandung hijauan dan konsentrat, sehingga
tidak perlu ada interval waktu pemberian konsentrat dan hijauan. Kelemahan
pakan komplit yaitu lebih rumit dalam penyiapannya, ternak harus dikelompokkan
berdasarkan produksinya (terutama untuk ternak perah) karena kebutuhan
nutriennya berbeda-beda, diperlukan peralatan yang memiliki kapabilitas untuk
mencampur seluruh komponen pakan secara akurat.
No comments:
Post a Comment
Comment Me