Pemilihan
Column Chromatography
Hal
ini didasarkan karena dalam pelaksanannya penelitian ini mengimmobilisasi komponen
aktif whey yaitu Laktoperoxidase (LPO) dan Laktoferin (LF). Immobilisasi
merupakan langkah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan cation exchange. Penggunaan cation
exchange yaitu resin merupakan salah satu langkah untuk mengimobilisasi
laktoperoksidase agar dapat digunakan berulang kali.
Resin
merupakan zat polimer alami
ataupun sintetik yang salah satu fungsinya adalah dapat mengikat kation dan
anion tertentu. Resin terdiri dari 2 macam yaitu resin kation yang bersifat
negatif dan resin anion yang bersifat positif. Laktoperoksidase memiliki pI 9,6
sedangkan Laktoferin memiliki pI 9,2 sehingga cenderung bersifat positif,
sehingga resin yang tepat untuk digunakan menangkap laktoperoksidase ini adalah
resin kation.
Immobilisasi
secara sederhana dapat dilakukan dengan menempatkan cation exchange resin kedalam kolom dan mengalirkan sumber
laktoperoksidase dan laktoferin melalui kolom tersebut. Kolom
ini nantinya akan diisi dengan resin yang
akan mengikat mengikat molekul laktoperoksidase sehingga didapatkan protein
murni laktoperoksidase dan laktoferin. Kolom ini terbuat dari kaca dengan
diameter 2 cm. Kolom ini akan diisi dengan resin. Resin yang digunakan yaitu
ada 3 jenis yaitu Seharose Fast Flow (SP-FF), Sepharose Big Beads (SP-BB), dan Activated
CNBr Sepharose (SP-CNBr).
Imobilisasi
Komponen Aktif Whey
Imobilisasi
merupakan sebuah bagian dari perkembangan bioteknologi yang memacu perkembangan
rekayasa enzim. Imobilisasi merupakan suatu metode untuk mengatasi penggunaan
enzim secara konvensional kurang menguntungkan dan efisien karena setiap
pemakaian ataupun analisis harus menggunakan enzim yang baru. Imobilisasi akan
menggunakan matriks yang akan mengikat enzim yang diinginkan sehingga dapat
digunakan berulang kali. Pengujian aktivitas enzim yang terimobilisasi terhadap
pemakaian berulang bertujuan untuk mengetahui stabilitas enzim tersebut
(Sebayang, 2006).
Imobilisasi
memberikan manfaat bagi enzim yaitu dapat ditingkatkan aktivitasnya dalam suhu
yang tinggi. Immobilisasi komponen di dalam whey seperti
laktoperoksidase dapat dilakukan dengan Ion Exchange Chromatography (IEC). IEC
ini dapat mempertahankan stabilitas enzim sehingga tahan lama sehingga
imobilisasi enzim dengan cara IEC dapat dilakukan secara praktis. Enzim yang
didapat, dapat dengan mudah dipisahkan dengan dari produk sehingga dapat
digunakan kembali. Teknik imobilisasi lebih efisien untuk memproduksi suatu zat
dengan menggunakan enzim (Al-Baarri et al.,
2012).
Cara
immobilisasi yaitu filtrate whey dengan volume tertentu kemudian dialisis
dengan 10mM sodium phosphate buffer (PB) (pH 6,8) selama satu malam. Hasil dari
cairan whey tersebut dilewatkan pada
kolom yang berisi resin. Filtrat whey disirkulasikan melalui kolom dengan
menngunakan sebuah tabung umpan balik dan pompa peristaltik. Whey yang
dialirkan dan disirkulasi pada laju aliran 1 ml/menit Setelah pengeringan whey,
resin dicuci dengan 50 ml dari 10 mM PB
(pH 7) yang mengadung 0,1 M NaCl. Untuk perlakuan kontrol cairan whey yang
telah dialisis disirkulasikan juga pada kolom dengan laju aliran 1 ml/menit. Setelah
pengeringan whey, resin kemudian dicuci dengan 50 ml dari 10 mM PB (pH 7) yang
mengandung 0,4 mM NaCl untuk laktoperoksidase dan 1 mM untuk laktoferin. Hasil
tersebut kemudian dikumpulkan (5 ml per tabung) dan dibaca pada absorban 280
mn. Penghilangan pada koefisien 280 mn dari 1,5 mg cm 2 m-1digunakan
untuk memperkiran konsentrasi LPO di larutan. Kemurnian LPO dan LF ditentukan
dengan sodium dodecyl sulphate–polyacrylamide gel electrophoresis (SDS–PAGE)
(Al-Baarri, 2010).
Kesulitan
Pelaksanaan
Kesulitan
dalam pelaksanaannya yaitu dalam penggadaan resin yang harus diimpor dari luar
negeri. Pengambilan sampel susu yang akan dibuat menjadi whey membutuhakan
penanganan khusus yaitu pengambilan langsung dari sapi perah dan langsung
didinginkan. Pengolahan menjadi whey juga harus homogen agar LPO dan LF yang
akan dihasilkan dapat sesuai dari sampel yang didapat. Banyak peralatan yang
membutuhkan ketelitian tinggi seperti mikropipet, makrocup, mikrocup dll.
Selain itu refrigerator dibutuhkan dalam pelaksanaannya, serta freezer untuk
mengawetkan LPO dan LF. Laboratorium yang steril juga dibutuhkan di sini. Inti
dari semuanya yaitu alat dan bahan yang digunakan harus sesuai, agar data yang
diperoleh dapat sesuai yang sebenarnya.
Referensi
Al-Baarri, A. N., Ogawa, M. & Hayakawa, S. 2010. Scale-up studies on
immobilization of lactoperoxidase using milk whey for producing antimicrobial
agent. Journal of the Indonesian
Tropical Animal Agriculture. 35:
185–191.
Al-Baarri A.N., M. Ogawa, T.
Visalsok, S. Hayakawa. 2012. Lactoperoxidase immobilized onto various beads for
producing natural preservatives solution. J. Aplikasi Teknologi Pangan.
1(1):4-6.
No comments:
Post a Comment
Comment Me