Wednesday, October 26, 2011

CARA MANIPULASI PAKAN PADA UNGGAS

PENGARUH PENURUNAN KADAR PROTEIN RANSUM DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK CAIR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN
1.      Model dan Pola
Bahan makanan nabati banyak diberikan kepada unggas terutama dalam bentuk biji-bijian, salah satunya adalah jagung kuning. Kandungan  protein jagung adalah 8,9 persen. Jagung kuning merupakan bahan yang baik sebagai sumber xanthophyl, sumber provitamin A, sumber asam lemak dan terutama merupakan sumber energi (Rasyaf, 1990). Penggunaan jagung kuning pada  penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar protein kasar ransum. Menurut North (1984) ayam broiler yang diberi ransum dengan kadar protein rendah akan menghasilkan bobot badan yang lebih ringan. Kondisi ini dapat diatasi dengan suplementasi probiotik cair.  
Probiotik adalah mikrobia hidup apatogen yang berasal dari mikrobia menguntungkan. Mekanisme kerja probiotik adalah mendesak mikrobia tidak menguntungkan keluar dari ekosistem saluran pencernaan dan menggantikan lokasi mikrobia patogen atau mengadakan translokasi di dalam saluran pencernaan secara alamiah. Mekanisme probiotik dalam saluran pencernaan adalah mempertahankan keseimbangan, mengeliminasi mikrobia yang tidak diharapkan atau bakteri patogen dari induk semangnya (Soeharsono, 1999).
Menurut Fuller (1989) yang disitasi oleh Ramia (2000) probiotik merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh menguntungkan bagi ternak inang dengan meningkatkan keseimbangan populasi mikroba dalam saluran pencernaan ternak.  Menurut Barrow (1992) yang disitasi oleh Bidura dan Suastina (2002) pemanfaatan probiotik  merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan harga ransum tanpa berpengaruh buruk terhadap produktivitas ayam yaitu dengan cara memanipulasi  proses fermentasi dalam saluran pencernaan ayam. Menurut Hary dan Adikara (1996) yang disitasi oleh Aryogi et al., (1999) mikrobia probiotik mampu menguraikan senyawa organik komplek dalam suatu bahan pakan menjadi senyawa organik sederhana yang lebih mudah diserap oleh alat-alat pencernaan ternak.
Pengaruh penggunaan probiotik menjadi lebih nyata apabila  kandungan protein lebih rendah dua persen dengan peningkatan produksi sebesar 10,3 persen (Suharto, 1995).
Ransum kontrol yang diberikan pada penelitian ini berupa ransum komersial Comfeed buatan PT. Japfa Comfeed sedangkan ransum untuk  masing-masing perlakuan berupa ransum komersial Comfeed yang dicampur dengan jagung kuning untuk menurunkan kadar protein kasar ransum yaitu sebanyak setengah persen dari total ransum sampai penurunan kadar protein ransum sebesar 2 persen.
Penelitian ini  menggunakan dua macam dosis perlakuan probiotik cair yaitu 1 ml/liter air minum (0,1%) dan 2 ml/liter air minum (0,2%) yang diberikan melalui air minum dan 0 % probiotik cair sebagai kontrol. Probiotik cair yang digunakan merupakan produksi HANEDA BIOTECH IND.
      Faktor dosis probiotik cair (D)terdiri atas :
                        D0 = probiotik cair 0 persen
                        D1 = probiotik cair dosis 1 ml/liter air minum (0,1 persen)
                        D2 = probiotik cair dosis 2 ml/liter air minum (0,2 persen).
            Faktor penurunan kadar protein kasar ransum (P) terdiri atas :
P0
=
kadar protein kasar ransum komersial
P1
=
kadar protein kasar ransum komersial diturunkan 0,5 persen dengan  penambahan jagung kuning
P2
=
kadar protein kasar ransum komersial diturunkan 1 persen dengan  penambahan jagung kuning
P3
=
kadar protein kasar ransum komersial diturunkan 1,5 persen dengan penambahan jagung kuning
P4
=
kadar protein kasar ransum komersial diturunkan 2 persen dengan penambahan jagung kuning
 Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan masing-masing ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler jantan.

2.      Kandungan Nutrien
Tabel 2. Kandungan nutrien bahan pakan untuk ransum
(Table 2. Nutrient content  of feedstuff  for ration)



Nutrien            Jagung kuning1)      Ransum komersial            Ransumkomersial
                                                                    fase starter2)            fase finisher2)
ME (Kkal/kg)                  3321,003)                 3000,002)                  3100,002)
(ME,Kkal/kg)
Protein kasar (%)                   8,051)                     20,761)                      20,351)
(Crude protein,%)
Lemak kasar (%)                   5,331)                       7,921)                       7,321) 
(Crude fat,%)
Serat kasar (%)                        6,081)                     1,341)                       2,021)
(Crude fiber,%)
Kalsium (%)                          0,023)                       1,002)                       1,002)
(Calsium,%)
Fosfor (%)                             0,073)                       0,802)                       0,802)
(Phospor,%)

Sumber : 1) Analisa Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
             2) Label Ransum Komersial Japfa Comfeed Indonesia
             3) Hartadi et al., (1990)
Source : 1) The analysis result of Livestock Laboratory Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University
              2) The label of commercial ration of  Japfa Comfeed Indonesia
             3) Hartadi et al,( 1990)
3.      Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Rerata pertambahan bobot badan ayam broiler jantan yang mendapat dan perlakuan penurunan kadar protein kasar ransum dan perlakuan probiotik cair dengan dosis yang berbeda tercantum dalam Tabel , serta digambarkan dengan diagram batang yang disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel . Rerata pertambahan bobot badan ayam broiler jantan sampai umur enam minggu (gram/ekor/hr)
(Table . Average of body weight gain of male broiler until six weeks  old, gram/bird/day)



Dosis Probiotik

Kadar Protein Kasar Ransum

P0
P1
P2
P3
P4
Rerata
0%    (D0)
68,96
67,02
69,03
61,99
66,49
66,70ns
0.1% (D1)
69,59
71,09
63,58
67,17
64,59
67,20ns
0.2% (D2)
67,05
67,99
59,27
66,28
68,74
65,87ns

Rerata
68,53ns
68,70ns
63,96ns
65,15ns
66,61ns


Keterangan : ns berbeda tidak nyata )
(Explanation: nsnot significant)
Tabel 7 memperlihatkan bahwa rerata pertambahan bobot badan ayam broiler jantan yang mendapat perlakuan dosis probiotik cair D0; D1 dan D2 masing-masing 66,70; 67,20 dan 65,87 gram/ekor/hari, sedangkan pada perlakuan kadar protein kasar ransum P0; P1; P2; P3 dan P4 masing-masing adalah 68,53; 68,70; 63,96; 65,15 dan 66,61 gram/ekor/hari. 
Hasil analisis variansi (Lampiran 2) menunjukkan bahwa penurunan kadar protein kasar ransum tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler jantan sampai umur enam minggu. Pengaruh perlakuan yang berbeda tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler jantan ini disebabkan oleh jumlah konsumsi ransum yang juga berbeda tidak nyata. Hal ini sesuai pendapat Mirnawati dan Gita (1999) bahwa jumlah konsumsi ransum akan menentukan pertambahan bobot badan.
Hasil analisis variansi (Lampiran 2) menunjukkan bahwa suplementasi  probiotik cair dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler jantan sampai umur enam minggu. Kadar protein kasar ransum perlakuan (P1; P2; P3; P4) lebih rendah daripada ransum kontrol (P0) tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan ayam broiler jantan yang secara statistik sama. Hal ini dipengaruhi oleh adanya suplementasi probiotik cair. Dengan adanya enzim yang dihasilkan oleh mikrobia probiotik cair maka akan membantu mempengaruhi kecepatan cerna sehingga penyerapan zat makanan lebih sempurna dan efektif yang pada akhirnya mempercepat pertambahan bobot badan ayam broiler jantan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hary dan Adikara (1996) yang disitasi oleh Aryogi et al., (1999) bahwa probiotik mampu menguraikan senyawa organik komplek dalam suatu bahan pakan menjadi senyawa organik sederhana yang lebih mudah diserap oleh alat-alat pencernaan ternak.
 Interaksi antara penurunan kadar protein ransum dan suplementasi probiotik cair dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap terhadap pertambahan bobot badan

Gambar 3. Rerata pertambahan bobot badan ayam broiler jantan sampai umur enam minggu dengan perlakuan kadar protein ransum
(Figure 3. Average of male broiler body weight gain until six weeks old using ration protein level treatment)

4.      Polusi Lingkungan
            Pamanfaatan zat probiotik dalam ransum sangat diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan di samping itu mengantisipasi terhadap
pencemaran lingkungan oleh bau kotoran dan dapat mengurangi pencemaran pada
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartika Wardani Wahyuningtyas. 2004. Pengaruh Penurunan Kadar Protein Ransum dan Suplementasi Probiotik Cair dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Performan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

No comments:

Post a Comment

Comment Me