Wednesday, October 26, 2011

DETEKSI KEBUNTINGAN

 Deteksi kebuntingan terbagi dalam 2 metode utama yaitu
1.       KLINIS, tanpa menggunakan alat bantu
a.       Inspeksi Visual, pemeriksaan kebuntingan yang dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang dapat teramati dengan mata. Hewan dinyatakan bunting apabila tidak menujukkan tanda-tanda berahi,  mamae membesar, lendir kering yang mnggantung di ujung vulva, serta abdomen membesar.
b.      Fremitus, desiran A. Uterina media atau ipsilateral dan kontralateral. Bukan merupakan tanda penentu tetapi sangat membantu untuk mengetahui tahapan kebuntingan
 Umur kebuntingan 5 bulan, fremitus mulai terasa.  Desiran tersebut makin kencang dengan bertambahnya umur kebuntingan. Hal ini menunjukkan bahwa fetus berkembang makin baik.

CARA : Telapak tangan diarahkan ke paha belakang bagian dalam kanan maupun kiri

c.       Palpasi rektal, perabaan untuk mendeteksi adanya perubahan pada uterus melalui rektum.





CARA :
1.       Bersihkan rektum dari feses. Dimulai dengan membasahi tangan, secara pelahan dimasukkan melalui anus kemudian feses dikeluarkan sampai tuntas. Tujuannya agar tangan dapat menjangkau uterus.
2.       Kemudian tangan merba bagian di bawahnya sampai tertaraba cincin serviks.
3.       Berdasarkan posisi ini, jari telunjuk menelusuri uterus, pada sapi setelah seviks harus diperoleh septum uteri atau pemisah antara orpus uteri kanan dan kiri.
4.       Pada sapi dara, apabila korpus uteri asimetris kemungkinan bunting. Sedangkan untuk lebih meyakinkan palpasi atau perabaan dilanjutkan sampai ditemukan ovarium. Benjolan yang besar pada ovarium(kanan, kiri atau keduanya) menandakan hewan bunting.




B. LABORATORIUM
1. ULTRASONOGRAPHY. Ada 2 macam yag umum dilakukan pada hewan yaitu transrektal ultrasonografi (hewan besar) dan abdominal ultrasonografi (manusia, anjing, kucing, ruminansia kecil) .   Pemanfaatan transrectal ultrasonography (TUSG) saat bunting diperlukan untuk mengamati perkembangan embrio sejak terbentuknya amnion sampai diketemukanya kotiledon sebagai penanda telah terjadi kebuntingan .



CARA :
  1. Awal sama dengan palpasi rektal.
  2. Dalam mendeteksi kebuntingan, probe dimasukkan melalui rektum berdasarkan orientasi keberadaan uterus yang berada tepat di bawah vesica urinaria (hitam berisi cairan). Kemudian probe digerakkan pelahan sampai di monitor muncul gambaran massa putih  yang menunjukkan uterus. Gambar yang terlihat di monitor dapat memperlihatkan perkembangan embrio yang terjadi di dalam uterus dimulai dari diketemukannya gambaran seperti kabut yang akan terus berubah bentuknya sesuai dengan usia kebuntingan dan jumlah embrio yang ada. Hasil yang terlihat dimonitor direkam dan bisa dicek ulang di laboratorium (Pierson&Ginther 1988).
  3. TUSG dilakukan pada usia kebuntingan H 16-19, 24-27, 32-35 setelah inseminasi buatan (IB) untuk mengevaluasi saat implantasi dan kebuntingan (Strmśnik et al. 2002). Domba dinyatakan bunting apabila sudah ditemukan plasentom atau adanya embrio dalam uterusnya . Pada penelitian ini perkembangan fetus belum jelas pada H16-19 , pada saat usia H 24-27 sekat antar fetus terlihat jelas demikian juga calon fetusnya. Selanjutnya TUSG pada H32-35, plasentom telah terbentuk dan terlihat jelas pada monitor (Karen et al. 2003b).
  4. TUSG merupakan metode pemeriksaan kebuntingan yang umum dilakukan pada ruminansia kecil. Metode ini sangat membantu dalam memprediksi jumlah calon anak yang akan dilahirkan karena dapat terlihat dimonitor serta hasilnya dapat dicetak 
  5.  H-18
     H-18
     H-18





  1. Gambar diatas memperlihatkan perkembangan embrio yang terdeteksi melalui transrectal ultrasonography (TUSG) menggunakan ALOKA, Model SSD-500. Pada usia kebuntingan 18 hari embrio masih terlihat menggantung secara utuh dalam kantung amnion. Perkembangan lebih lanjut, embrio membesar dan hanya satu kantung amnion sedangkan kantung yang lainnya tidak terlihat jelas. Kelemahan dari alat ini tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada saat posisi embrio maupun fetus berada di bagian bawah rongga abdomen.
  1. HORMON. Hormon yang diproduksi pleh induk saat mulai bunting utamanya progesteron dapat juga estradiol,Human Chorionic  Gonadotrophin (HCG), Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG). Setelah plasentasi terjadi fotus juga akan memproduksi progesteron, estradiol,  interferon, pregnancy associated glycprotein (PAG), early pregnancy factor (EPF) atau Protein-B.  Sampel yang dapat berupa darah, urine maupun feses. Metode yang umum dilakukan adalah ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), RIA (Radio Immuno Assay), Protein Assay 

No comments:

Post a Comment

Comment Me