LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS (PTU) DAPAT DI DOWNLOAD DISINI
PASSWORD FILE 1720
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak unggas merupakan aset nasional yang turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat.
Pengamatan eksterior dan anatomi fisiologi unggas dilakukan dengan tujuan mengetahui eksterior unggas jantan dan betina baik ayam maupun itik, serta anatomi fisiologi unggas yang meliputi sistem pernapasan, pencernaan, reproduksi dan urinari. Penyusunan ransum dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah aljabar, linear, dan trial and error, dalam praktikum ini digunakan metode trial and error. Praktikum Produksi Ternak Unggas dengan materi penyusunan ransum sesuai dengan komposisi zat-zat gizi yang dibutuhkan ayam. Manfaat yang dapat diambil dari praktikum Produksi Ternak Unggas dengan materi anatomi unggas adalah agar praktikan dapat mengetahui secara jelas perbedaan antara unggas darat dan unggas air. Dengan pengamatan eksterior serta mengetahui sistem pernapasan, pencernaan, reproduksi, dan urinari. Manfaat yang dapat diambil yaitu praktikan mangetahui secara jelas perbedaan antara unggas darat dan unggas air, anatomi dan fisiologi unggas serta dapat menyusun ransum unggas dengan benar dan tepat sehingga sesuai kebutuhan gizi dan biaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas
2.1.1. Klasifikasi secara internasional
Menurut The American Standart of Perfection unggas khususnya ayam didasarkan pada standar unggas yang dikelompokan berdasarkan ras, bangsa, varietas, dan strain. Berdasarkan buku standar terdapat sebelas kelas, namun hanya ada empat kelas yang penting, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania, dan kelas Asia (Suprijatna et al., 2005).
2.1.1.1. Kelas Inggris. Ayam kelas Inggris merupakan sekelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di Inggris dengan karakteristik bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, kulit putih, kerabang telur coklat kekuningan, dan bulu merapat ke tubuh. Contohnya antara lain Sussex, Cornish, orpington, Australorp, Dorking (Suprijatna et al., 2005). Bangsa ayam kelas Inggris sebagai ayam tipe dwiguna contohnya antara lain Orpington, Australorp, Dorking, Sussex, dan Red Cup (Yuwanta, 2004).
2.1.1.2. Kelas Amerika. Ayam kelas Amerika merupakan kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di Amerika Serikat dengan karakteristik bentuk tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, dan kulit berwarna putih. Ciri khas lain kulit telur berwarna coklat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai tipe dwiguna. Bangsa-bangsa yang termasuk dalam kelas ini adalah Plymouth Rock, Wyandotte, Rhode Island Red, Hampshire, Jersey(Suprijatna et al., 2005). Ayam kelas Amerika merupakan tipe dwiguna dengan antara lain Plymouth Rock, Rhode Island, Rhode Island Red, Rhode Island White, Wyandotte, danNew Hampshire (Yuwanta, 2004).
2.1.1.3. Kelas Mediterania. Ayam kelas Mediterania merupakan kelompok ayam yang dikembangkan di sekitar Negara dan pulau di Laut Tengah seperti Spanyol dan Italia. Karakteristik bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping, warna kulit putih, dan kerabang telur telur putih, dan merupakan tipe petelur. Bangsa-bangsa ayam yang termasuk dalam kelas ini antara lain Leghorn, Ancona, Spanish, Minorca, Andalusia (Suprijatna et al., 2005). Bangsa kelas Mediterania yang terkenal antara lain Leghorn, Minorca, Ancona, Butter Cups, serta Blue Andalusia dan Spanish (Yuwanta, 2004).
2.1.1.4. Kelas Asia. Ayam kelas Asia merupakan kelompok ayam yang dikembangkan di wilayah Asia. Karakteristik bentuk tubuh besar, bulu merapat tubuh, cuping berwarna merah, dan kerabang telur beragam, dari coklat kekuningan sampai putih. Ciri khas cakar berbulu, kulit berwarna putih sampai gelap dan merupakan tipe pedaging. Contohnya Brahma, Langshan, CochinChina (Suprijatna et al., 2005). Bangsa ayam kelas Asia yang terkenal antara lain Brahma dari India, Langshan dari Cina, dan Cochin dari Shanghai, Cina yang dikembangkan menjadi ayam Amerika dan Inggris dan merupakan tipe ayam pedaging (Yuwanta, 2004).
2.1.2. Klasifikasi berdasar tujuan pemeliharaan
Berdasarkan tujuan pemeliharaan unggas dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna. Jenis ternak unggas yang biasa dipelihara untuk tujuan produksi telur ataupun daging antara lain : ayam, itik, angsa, kalkun, burung puyuh, dan burung merpati.
Ayam tipe petelur mempunyai karekteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna et al., 2005). Karakteristik tipe ayam petelur antara lain mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih (Yuwanta, 2004).
Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dann produksi telur rendah (Suprijatna et al., 2005). Karakteristik tipe ayam pedaging adalah bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih, dan produksi telur rendah (Yuwanta, 2004).
Ayam tipe dwiguna karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang, dan kulit telur berwarna coklat (Suprijatna et al., 2005). Ayam tipe dwiguna yang dijumpai di Indonesia adalah RIR dan Harco (Yuwanta, 2004).
2.1.3. Unggas darat
Unggas darat adalah unggas yang hidup di darat, contoh dari unggas darat adalah ayam ras dan ayam buras. Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian, memiliki jengger dan cuping (Susilorini et al., 2009). Ayam peliharaan yang ada dewasa ini merupakan keturunan ayam hutan yang mengalami proses penjinakkan yang sangat panjang. Jenis ayam itu terdiri dari: ayam hutan merah (Gallus gallus), ayam hutan Ceylon (Gallus lafayettii), ayam hutan kelabu (Gallus sonneratii) dan ayam hutan jawa atau Gallus varius (Siregar dan Sabrani, 1970).
2.1.4. Unggas air
Unggas air (water fowls) ialah semua spesies hewan bersayap (kelas Aves) yang dapat hidup di air, menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi manusia. Spesies yang termasuk unggas air ialah itik (duck), angsa (goose), dan undan (swan) (Srigandono, 1997). Ciri-ciri unggas air tidak jauh berbeda dengan unggas darat akan tetapi memiliki beberapa kekhususan antara lain pada kakinya memilliki selaput yang berfungsi untuk berenang dan memilki kelenjar minyak yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan unggas darat, jari-jari kaki satu sama lain dihubungkan oleh selaput renang, paruh melebar dan dilapisi oleh selaput halus yang peka, tubuh ditutup oleh bulu, tidak mudah kedinginan kecuali yang masih kecil karena di bawah kulitnya dilapisi oleh lemak yang bersifat isolator, dan dagingnya agak gelap dibanding daging ayam. Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini et al., 2009).
Sifat khas itik yang lainnya adalah sifat omnivorous, yaitu hewan pemakan biji–bijian, rumput–rumputan, umbi-umbian dan makanan yang berasal dari hewan (Samosir, 1983). Itik memiliki bulu yang berfungsi untuk mencegah masuknya air, sehingga air tidak dapat mencapai permukaan kulit. Timbunan lemak yang terdapat dibagian bawah kulit berfungsi sebagai insulator sehingga itik tahan dingin walaupun berada dalam air untuk jangka waktu yang cukup lama. Bulu itik juga mengandung banyak udara sehingga itik dapat mengapung dalam air dengan ciri spesifik dari itik jantan dengan betina adalah ada tidaknya feather sex pada bulu ekornya (Srigandono, 1997).
2.2. Anatomi dan Identifikasi TernakUnggas
Anatomi yang terpenting dapat membedakan unggas dari mamalia dari kondisi psikologi, biologi dan patologi yang dapat ditentukan terutama di organ kepala, organ pencernaan, organ pernafasan, organ urinari, dan organ reproduksi. Ternak unggas adalah bangsa bangsa burung yang mempunyai nilaiekonomis dan dapat diproduksi secara massal. Jenis ternak unggas yang biasa dipelihara untuk tujuan produksi telur ataupun daging antaralain ayam,itik,kalkun,burung puyuh dan burung merpati. Diantara jenis – jenis unggas tersebut diindonesia yang selama ini popular diternakkan yaitu ayam dan itik.
Aneka ternak unggas sebenarnya sangat potensial, tetapi belum dapat dikembangkan dengan baik (Anggorodi,1994). Anatomi dan fisiologi pada berbagai jenis unggas mempunyai fungsi atau peranan yang hampir sama dan hanya memiliki perbedaan sedikit sekali. Di Indonesia yang selama ini jenis ternak unggas tersebut, Keseluruhan organ-organ di dalam tubuh unggas membentuk satu ikatan untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu mencapai kelangsungan hidup yang saling melengkapi dan bekerj berkesinambungan antara satu fungsi dengan fungsi yang lain (Akoso, 1998).
2.2.1. Sistem pencernaan
Unggas tidak memiliki gigi atau pinggiran paruh yang bergerigi sehingga pada mulut (paruh) tidak terjadi pencernaan secara mekanik (Anggorodi,1994). Lidah unggas berbentuk runcing dan keras seperti ujung panah dengan arah kedepan serta berbentuk seperti kail pada bagian belakang lidah. Lidah pada unggas berfungsi membantu pada waktu makan karena ada bagian dari lidah yang bercabang pada bagian belakang yang mendorong makanan turun kedalam kerongkongan. Saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit dikeluakan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ketembolok (Akoso, 1998).
Organ pencernaan ayam terdiri atas mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung, kelenjar, lambung otot, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, dan alat asesoris yang berupa hati, limpa, dan pankreas (Anggorodi, 1994). Kerongkongan atau esophagus adalah saluran yang menuju ke tembolok dan terus berlanjut ke proventriculus. Bagian esophagus memiliki kemampuan untuk mengembang sehingga menjadi tembolok. Tembolok memiliki bentuk menyerupai kantung. Pakan disimpan dalam tembolok untuk sementara, di sini terjadi pelunakan dan pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh enzim. Pakan yang berupa serat kasar dan biji-bijian tinggal di tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso, 1998). Tembolok itik memiliki perbedaan bentuk dengan tembolok ayam. Tembolok itik berbentuk pipih dan tidak mempunyai batas yang nyata, sedangkan tembolok ayam berbentuk kantung dengan batas yang nyata. Perbedaan bentuk ini disebabkan jenis pakan itik dimana ia lebih banyak menyerap air. Tembolok ayam memiliki dinding yang keras, kuat, dan tebal (Rasyaf, 1997).
Proventriculus atau perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung akhir esophagus. Pencernaan pakan di dalam perut kelenjar hanya kecil peranannya karena makanan hanya tinggal sebentar di dalam organ ini dalam waktu yang relatif singkat (Akoso, 1998). Kelenjar-kalenjar yang terdapat di dalam proventriculus memproduksi getah-getah (asamgaram, pepsin dan HCl) untuk membantu pencernaan makanan di dalam perut dan perut muscular (ventriculus) yang berfungsi sebagai alat penghancur makanan (Anggorodi, 1994).
Empedal tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Empedal berbentuk bulat telur dengan dua lubang saluran di ujung-ujungnya (Blakely dan Bade, 1991). Bagian depan empedal berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian lain berhubungan dengan usus halus. Fungsi utama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang keras. Kerja penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi. Apabila unggas secara rutin diberi pakan yang sudah siap tergiling, maka ukuran empedal lama-kelamaan akan menyusut (Akoso, 1998).
Usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus dimana kelenjar pankreas melekat sejajar pada bagian ini. Jejenum dan ileum agak sulit dibedakan tetapi biasanya terdapat suatu tonjolan kecil yang disebut “Michael Diventrikulum” yang memisahkan jejenum dan ileum. Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam usus halus. Proses penyerapan makanan juga mulai terjadi pada usus halus. Lapisan dalam usus halus mempunyai bangunan yang berupa tonjolan-tonjolan yang berlipat-lipat, halus, dan jumlahnya sangat banyak, yang disebut villi berfungsi memperluas permukaan absorbsi dari usus halus (Akoso, 1998). Cairan usus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah guladan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk-bentuk yang sederhana, dimana hasil pemecahan tersebut disalurkan ke dalam aliran darah (Blakely dan Bade, 1991).
Percabangan dari ujung usus halus dikenal dengan caecum. Panjang ceacum mencapai 10-20cm. Didalam ceacum terjadi proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme yang mencerna serat kasar (Srigandono, 1997).Sekum dapat disamakan dengan usus buntu pada manusia, dengan fungsi yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Unggas memiliki sepasang secum. Secum biasanya berukuran panjang 10-15 cm dan berisi calon tinja. Usus besar adalah kelanjutan saluran pencernaan dari persimpangan usus buntu ke kloaka. Kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, genital dan kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital (Akoso, 1998).
Hati dan pankreas membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan meskipun makanan yang masuk tidak melalui organ tersebut. Hati berfungsi menyaring darah dan menyimpan glikogen yang dibagikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Fungsi hati yang lain adalah mengeluarkan empedu yang ditampung dalam kantong empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan lemak (Akoso, 1998). Pankreas berfungsi mensekresikan enzim-enzim seperti amilase, lipase, dan tripsin untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak. Metabolisme gula juga diatur oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Blakely dan Bade, 1991). Proses pencernaan pada unggas berlangsung sangat cepat, hanya memerlukan waktu 2,5 jam untuk unggas betina bertelur dan 8-12 jam pada ayam betina tidak bertelur, untuk perjalanan dari mulut ke kloaka (Sarwono, 1993).
2.2.2. Sistem respirasi Unggas
Sistem pernafasan unggas terdiri dari trachea, shirink, bronchus, broncheolus, dan paru-paru. Trakea merupakan saluran pertama yang berupa saluran yang berbuku-buku. Shirink adalah pita suara (Sarwono, 1993). Shirink pada unggas jantan berkembang dengan baik, sedangkan shirink pada unggas betina tidak berkembang. Bronchus merupakan percabangan dari trachea. Broncheolus adalah anak cabang dari bronchus yang berbentuk saluran-saluran kecil yang menyalurkan udara dari bronchus ke paru-paru. Paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernafasan unggas, karena paru-paru merupakan pengatur sirkulasi udara dalam tubuh unggas (Soegiarsih, 1990).
Kantong udara terdiri atas suatu rongga dengan dinding jaringan yang tipis dan halus sehingga sulit dikenali dalam posisi mengempis. Biasanya ayam yang sudah mati posisi kantong udaranya mengempis sehingga sewaktu dilakukan bedah bangkai perlu perhatian yang lebih seksama (Akoso, 1998). Saat unggas bernafas, otot inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh yang menyebabkan tekanan udara masuk ke dalam kantong udara dan udara segar akan tertarik ke dalam paru-paru. Ayam yang sudah mati posisi kantong udaranya mengempis, sehingga sewaktu dilakukan bedah bangkai perlu perhatian yang lebih seksama (Akoso, 1998).
2.2.3. Sistem Reproduksi Unggas
2.2.3.1 Reproduksi Unggas Jantan
Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarnaterang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas defferensserta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut (Srigandono, 1997). Alat reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok danalat kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas salurantestis yang menuju kloaka yaitu epididymis,vas defferens, dan papillae (Sarengat, 1982).
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam kloaka (Soegiarsih, 1990). Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).
Masing-masing vas defferens menuju papilae yang berfungsi sebagai organ cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae ini terletak di bagian tengah dari kloaka (Sarengat, 1982). Unggas air memiliki alat kopulasi yang nampak jelas, penis yang berbentuk spiral dan bengkok, terdiri dari tenunan fibrosa dan terletak pada dinding ventral kloaka,mempunyai suatu legok, dan semen testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal (Soegiarsih, 1990). Khusus pada itik, spermanya mampu bertahan hidup 5-6 hari didalam saluran genetika itik betina (Srigandono, 1997).
2.2.3.2 Sistem Reproduksi Unggas Betina
Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari alat kelamin primer dan alat kelamin sekunder. Alat kelamin primer adalah ovarium dan alat kelamin sekunder adalah oviduct atau saluran telur. Unggas betina secara normal hanya memiliki ovarium dan oviduct sebelah kiri yang berkembang sempurna (Sarengat, 1982). Ovarium merupakan bagian alat kelamin primer yang berfungsi sebagai alat pembentuk telur. Ovarium terletak diantara paru-paru dan ginjal dibawah dan dibelakang hati, ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya sehingga ia tertutup dalam suatu kantung ovarium sehingga jalan satu-satunya adalah oviduct (Sarwono, 1993).
Ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya, sehingga ia tertutup dalam suatu kantong ovarium. Jalan satu-satunya untuk keluar adalah oviduct (Blakely dan Bade, 1991). Oviduct digantung oleh dua lapis lipatan peritoneum yang membentuk ligamen-ligamen oviduct. Oviduct terdiri dari 5 bagian, yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Infundibulum berfungsi sebagai corong yang terdapat pada bagian ujung oviduct, di tempat inilah terjadi pembuahan. Magnum terletak di bagian bawah funnel, panjangnya 33 cm. Vagina merupakan tempat penyimpanan telur sementara waktu, sebelum telur dikeluarkan dari dalam tubuh (Sarwono, 1993). Tugas uterus adalah menyempurnakan pembentukan telur, dari uterus telur keluar menuju vagina dan kemudian kloaka (Hunter, 1995).
2.2.4. Sistem urinari
Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut (peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui kloaka bersama-sama feses dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut (Hunter, 1995). Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dari unsur-unsur plasma darah, dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna yang kembali dari filtrat yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dari produk buangan plasma. Ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing). Blader merupakan organ muskular yang berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung jumlah urine yang ada didalamnya. Pelvis, ureter, blader, dan uretra pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional (organ yang mengalami distensi, lumen menjadi besar, dinding menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit) (Frandson, 1992).
2.2.5. Identifikasi penyakit ternak unggas
Secara alamiah, kemungkinan munculnya penyakit di sebuah peternakan ayam secara mendadak atau revolutif, boleh dibilang relatif kecil. Umumnya, terjadi secara bertahap sesuai interaksi antara bibit penyakit yang ada dengan ayam pemeliharaan (Rahardjo et al., 2002) Dengan penjelasan tersebut, peternak lebih mudah melakukan tindakan pencegahan penyakit di lingkungan peternakannya secara efektif dan efisien. Penyakit yang menjangkit pada ayam paling banyak terjadi secara eksternal. Namun tidak menutup kemungkinan penyakit terjadi secara internal.
2.3. Formulasi Ransum Ternak Unggas
Protein kasar yang dibutuhkan oleh ayam dengan umur 0-6 minggu yaitu pada priode starter sektar 17%. Penyusunan ransum dengan metode trial and error sedikit sulit untuk mencapai komposisi yang seimbang, untuk itu agar ransum yang disusun memiliki komponen yang baik maka diperlukan penambahan jenis bahan penyusun ransum. Namun nilai tersebut dapat ditolerir karena selisihnya tidak melebihi 5 % dari pakan yang seharusnya diberikan. Kelebihan energi dalam jumlah sedikit tidak menyebabkan tanda-tanda yang jelas, kecuali untuk penimbunan lemak tambahan dan sedikit penurunan dalam tingkat pertumbuhan yang disebabkan kenyataan bahwa dengan kelebihan tingkat energi dalam ransum hewan mendapat energi yang cukup dengan konsumsi yang sangat rendah, sehingga menurunkan konsumsi protein yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum atau produksi (Suprijatna et al., 2005).
2.3.1 Pengertian Ransum
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik seluruhnya atau sebagian dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang bersangkutan (Wahju, 1992). Ransum adalah segala sesuatu yang berupa bahan organik maupun anorganik yang dapat dibrikan kepada ternak baik dapat dicerna sebagian maupun keseluruhan (Anggorodi, 1994)
2.3.2. Jenis – jenis Bahan Pakan Unggas
2.3.2.1. Jagung giling
Bahan pakan kaya akan karoten, sebagai sumber energi, bersifat palatibilitas pada ternak serta rendah serat kasarnya. Penggunaannya dalam ransum dapat diberikan antara 40-50% tergantung daru tujuan pemeliharaan ternak tersebut. Perkiraan penggunaan maksimal jagung kuning dalam ransum adalah 50-60% (Hardjosworo, 2006). Jagung kuning digunakan dalam jumlah besar dalam penyusunan ransum karena jagung kuning merupakan sumber energi yang baik. Kandungan energi metabolisnya sebesar 3320 kkal/kg, tetapi bukan sumber protein yang baik karena proteinnya sebesar 9% (Anggorodi, 1994).
2.3.2.2. Bekatul
Bekatul dan dedak sebenarnya bukan bahan utama dalam pembuatan ransum tetapi sebagai bahan tambahan setelah jagung, bahan pakan ini melimpah, murah dan mengandung zat-zat makanan yang tinggi namun kelemahannya yaitu kandungan serat kasar dan lemaknya tinggi oleh karena itu, penggunaan bekatul harus dibatasi maksimal 30% (Suprijatna et al., 2005). Dedak padi sebenarnya dapat digunakan dalam jumlah banyak karena disamping mudah didapat, harganya juga murah, tetapi kandungan serat kasarnya sebesar 13% atau 6 kali lebih besar daripada serat kasar jagung kuning, sehingga penggunaanya terbatas dan tidak dapat digunakan secara berlebihan. Penggunaan bekatul dalam ransum maksimal 20%-30% (Rasyaf, 1997). Bekatul didapat dari hasil penggilingan kembali beras yang sudah putih sehingga protein bekatul lebih rendah yaitu 10,2% dan juga kandungan energinya rendah sebesar 1630 kkal/kg (Wahju, 1992).
2.3.2.3. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan ternak yang cukup luas digunakan di Indonesia karena banyaknya ikan yang tidak baik untuk makanan manusia dan dibuang. Sifat-sifat tepung ikan adalah kadar protein dan kualitasnya tergantung pada jenis ikannya, kaya akan Ca dan P tetapi sering terlalu banyak mengandung garam sehingga kadang-kadang kurang baik sebagai bahan pakan ternak unggas dan cukup baik kadar vitamin B nya. Tepung (Manshur, 1998). Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino esensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber utama dari lisin dan metionin. Selain itu tepung ikan mengandung energi metabolis yang tinggi dibanding dengan bahan pakan lainnya yang digunakan dalam ransum unggas (Wahju, 1992).
2.3.3. Metode penyusunan ransum
Metode penyusunan ransum dapat dilakukan dengan empat cara yaitu metode trial and error, metode matrik, metode person square, dan metode Tora lindo. Cara penyusunan ransum seharusnya memperhatikan tujuan penyusunan ransum, bahan pakan yang tersedia dan tabel kandungan bahan pakan dari bahan-bahan pakan yang tersedia yang direkomendasikan untuk setiap periode pertumbuhan produksi (Wahju, 1992). Percampuran bahan pakan dilakukan dengan cara bertahap. Percampuran dimulai dengan cara dari bahan yang paling sedikit porsinya, atau dari yang banyak porsinya. Percampuran cara ini dimaksudkan supaya pakan tersebut bercampur secara homogen, supaya percampuranya merata dan percampurannya dapat menggunkan alat feed mixer atau mesin pengaduk makanan (Rasyaf, 1997).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Produksi Ternak Unggas dengan materi Pengenalan Jenis, Anatomi dan Penyakit Unggas dan Penyusunan Ransum masing–masing dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2010 pukul 15.30-18.00 WIB dan hari Rabu tanggal 27 Oktober 2010 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Penetasan Unggas dan Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
3.1.1. Pengenalan jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas
Praktikum dengan materi Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas menggunakan gambar slide serta preparat itik. Alat-alat yang digunakan berupa alat tulis untuk menulis hasil pengamatan.
3.1.2. Anatomi dan Identifikasi Ternak Unggas
Praktikum dengan materi Anatomi dan Identifikasi Ternak Unggas menggunakan sepasang itik dan sepasang ayam. Alat-alat yang digunakan berupa gunting dan pisau untuk membedah organ dalam ternak, nampan untuk tempat meletakkan ternak yang akan diamati, timbangan untuk menimbang bobot dari masing-masing organ, pita meter untuk mengukur panjang organ, plastik untuk tempat untuk menampung darah.
3.1.2. Formulasi Ransum Ternak Unggas
Praktikum penyusunan ransum menggunakan materi berupa tepung ikan, jagung, bekatul. Alat-alat yang digunakan berupa timbangan untuk menimbang komposisi dari beberapa bahan, tempat plastik (nampan) sebagai tempat untuk penyampuran dan plastik untuk tempat hasil penyampuran.
3.2. Metode
3.2.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas
Metode yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Jenis, Anatomidan Klasifikasi Ternak Unggasyaitu dengan menyiapkan ayam jantan dan sepasang itik dewasa, menggambar ayam dan itik yang telah disiapkan tersebut, mengamati perbedaan yang ada dari eksterior ayam dan itik baik jantan maupun betina. Parameter yang diamati yaitu karakteristik unggas meliputi warna bulu pada leher, dada, punggung, sayap dan ekor, warna kaki, ada tidaknya taji dan selaput renang, bentuk pial paruh, dan feather sex yang ada pada itik jantan.
3.2.2 Anatomi dan Identifikasi Ternak Unggas
Praktikum Anatomi Unggas menggunakan metode dengan menyembelih ayam jantan dan sepasang itik dewasa pada bagian pangkal leher sedalam kira-kira 2 cm sehingga vena junggularis dan arteri karotis terputus, meletakkan ayam yang sudah mati pada nampan yang tersedia, lalu melakukan pembedahan dada unggas yang dimulai dengan mengiris bagian perut ke samping kiri dan kanan sampai pada bagian dada depan, mengusahakan agar organ dalam tidak rusak. Pengirisan dapat menggunakan gunting atau pisau. Bagian yang telah diiris dibuka sehingga terlihat organ dalamnya. Mengeluarkan dan memisahkan organ pencernaan, reproduksi, urinari, dan pernapasan. Mengidentifikasi penyakit yang menyerang dengan mengamati kelainan pada organ setelah dikeluarkan.
3.2.3. Formulasi ransum
Praktikum tentang penyusunan ransum menggunakan metode trial anderror. Tahap awal dari penyusunan ransum adalah menghitung komposisi bahan pakan sesuai dengan protein kasar dan energi metabolis yang telah ditentukan.
Menghitung bahan pakan lalu menimbang sesuai dengan hasil perhitungan setelah itu baru mencampur. Percampuran dilakukan secara bertahap yaitu mencampur mulai dari bahan pakan yang paling sedikit (rendah) komposisinya sampai pada yang paling banyak (tinggi) komposisinya.
Pencampuran yang homogen dilakukan dengan membagi terlebih dahulu menjadi empat bidang, setelah itu dilakukan pencampuran setiap bidang. Selanjutnya dijadikan satu menjadi satu bidang lalu mencampur ulang sampai bahan bercampur secara homogen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Unggas
4.1.1 Klasifikasi Unggas
4.1.1.1Unggas Darat
|
|
|
|
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 1. Eksterior ayam kelas Inggris
Keterangan :
1. kepala
2. Paruh
3. Dada
4. Perut
5. Sayap
6. Paha
7. Kaki
8. Cakar
Berdasarkan hasil pengamatan ayam kelas Inggris pada ilustrasi ke satu memiliki ciri bentuk tubuh besar cuping berwarna merah, bulu merepat kebawah, ceker, pial. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005), yang menyatakan bahwa ayam kelas Inggris termasuk ayam tipe pedaging dengan ciri yang khusus bentuk tubuh besar. Contoh ayam pada ilustrasi satu adalah Sussex. Ditambahkan oleh Wiharto (1985) menyatakan bahwa ayam keelas inggris memilki ciri – ciri kulit umumnya berwarna putih, daun telinga merah, cakar tidak berbulu, dan kulit telur berwarna cokelat.
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 2. Eksterior ayam kelas Mediterania
Keterangan :
1. Jengger
2. Kepala
3. Cuping
4. Dada
5. Perut
6. Sayap
7. Paruh
8. Ekor
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bhwa ayam kelas Mediterania pada ilustrasi ke dua, memiliki ciri-ciri bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005), yang menyatakan bahwa ayam kelas Mediterania memiliki tubuh ramping yang merupakan tipe ayam petelur. Contoh ayam pada ilustrasi dua adalah Minorca. Ditambahkan oleh Wiharto (1985) menyatakan bahwa ciri–ciri ayam kelas mediterania yaitu Umumnya kulit berwarna putih, daun telinga warna putih atau perak, cakar tidak berbulu,serta jengger dan pial relatif besar.
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 3. Eksterior ayam kelas Amerika
Keterangan :
1. Jengger
2. Kepala
3. Cuping
4. Dada
5. Perut
6. Sayap
7. Paruh
8. Ekor
Berdasarkan hasil pengamatan pada ilustrasi tiga, ayam memiliki ciri-ciri badan sedang, bulu ayam merapat ke tubuh berwarna hitam dan bercak-bercak putih. Cuping dan pial berwarna merah. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa ayam termasuk tipe dwiguna. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al.(2005), yang menyatakan bahwa ayam kelas Amerika mempunyai karakteristik ayam termasuk tipe dwiguna. Contoh ayam pada ilustrasi tiga adalah Jersey. Ditambahkan oleh Wiharto (1985) menyatakan bahwa ciri – ciri ayam kelas amerika yaitu warna kulit kuning, cakar tidak berbulu, daun telinga merah, dan umunya warna kulit telur cokelat.
|
|
|
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 4. Eksterior ayam kelas Asia
Keterangan:
1. Jengger
2. Paruh
3. Cuping
4. Dada
5. Perut
6. Kaki
7.Cakar
8. Ekor
Hasil pengamatan pada illustrasi empat, ayam memiliki bulu merapat ke tubuh dan berwarna hitam. Pial, cuping dan jengger ayam berwarna merah. Kaki ayam panjang dan memiliki badan yang besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al.(2005), yang menyatakan bahwa ayam kelas Asia yaitu bentuk tubuh besar, merupakan tipe ayam pedaging. Contoh ayam pada ilustrasi empat adalah Brahman. Ditambahkan oleh Wiharto (1985) menyatakan bahwa ciri – ciri ayam kelas asia yaitu memiliki badan relatif besar, cakar berbulu, kulit badan berwarna kuning (kecuali langshan, dengan kulit putih), serta kulit telur berwarna cokelat.
4.1.2. Unggas Air
Berdasarkan Hasil praktikum eksterior unggas dapat diketahui dengan melihat ilustrasi di bawah ini:
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 5. Eksterior Itik Jantan
Keterangan :
1. Paruh 3. Perut 5. Cakar berselaput
2. Dada 4. Kaki 6. Ekor
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 6. Eksterior Itik Betina
Keterangan :
1. Paruh 3. Perut 5. Cakar berselaput
2. Dada 4. Kaki 6. Ekor
Perbedaan unggas darat dan unggas air dimulai dari bentuk paruh. Unggas darat mempunyai paruh lancip, sedangkan untuk unggas air lebih besar karena jenis pakan berbeda. Ukuran tembolok pada unggas darat lebih besar daripada unggas air, sehingga unggas darat lebih besar kemampuannya dalam menyimpan makanan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005) bahwa tembolok berfungsi untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Gizzard pada unggas air lebih besar daripada unggas darat sehingga kemampuan mencerna serat pakan pada unggas air lebih tinggi. Usus halus pada unggas air lebih panjang daripada unggas darat sehingga daya absorbsi unggas air lebih tinggi. Itik jantan dan itik betina memiliki perbedaan yaitu pada ekor betina melengkung ke atas sedangkan pada ekor jantan melengkung ke bawah dan postur tubuhnya lebih tegak. Hal ini sesuai dengan Susilorini et al., (2009), yang menyatakan bahwa ciri-ciri unggas air yaitu kaki relatif pendek dibanding dengan tubuhnya, jari-jari kaki satu sama lain dihubungkan oleh selaput renang, paruh melebar dan dilapisi oleh selaput halus yang peka, tubuh ditutup oleh bulu. Perbedaan antara itik betina dan jantan adalah postur tubuh itik betina lebih tegak dan lebih besar daripada itik jantan.
4.2. Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
4.2.1. Sistem Pencernaan
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil :
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 7. Sistem Pencernaan Ayam dan Itik
Keterangan :
1. Paruh
| ||
2. Esophagus
| ||
3. Tembolok
| ||
4. Proventrikulus
| ||
5. Duodenum
| ||
6. Jejenum
| ||
7. Ileum
| ||
8. Usus buntu (secum)
| ||
9.Usus besar
| ||
10. Kloaka
| ||
11. Hati
| ||
12. Pancreas
| ||
Tabel 1. Hasil Pengamatan Anatomi Organ dan Sistem Organ Interior Unggas
Parameter
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
Bobot hidup
|
-
|
1600
|
Bobot mati
Bobot darah
|
-
-
|
1541
55
|
Kepala
|
6,5
|
33
|
Leher
|
10
|
59
|
Sayap
|
16
|
59
|
Cakar
|
6
|
31
|
Saluran, organ dan kelenjar aksesoris sistem pencernaan
1. Paruh
2. Oesophagus
3. Crop
4. Proventriculus
5. Ventriculus
6. Duodenum
7. Pankreas
8. Hati
9. Empedu
10. Jejunum
11. Ileum
12. Ceca
13. Colon dan rektum
14. Cloaca
|
2
4
6
8
6
22,5
11,5
11,2
3,7
64
55
17
8
2,5
|
2
2
18
11
32
9
2
38
2
25
16
8
2
9
|
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010.
Sistem pencernaan ayam berdasarkan hasil pengamatan terdiri atas mulut, kerongkongan atau esophagus, tembolok, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (gizzard), usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum, usus besar, usus buntu (secum) dan kloaka. Di samping itu terdapat kelenjar pencernaan yang berperan sebagai penghasil enzim dalam proses pencernaan makanan yaitu pankreas, hati dan limpa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anggorodi, 1994) yang menyatakan bahwa organ pencernaan ayam terdiri atas mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung, kelenjar, lambung otot, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, dan alat asesoris yang berupa hati, limpa, dan pankreas. Mulut ayam tidak memiliki bibir dan gigi. Peranan saliva dalam proses pencernaan makanan yakni sebagai pengganti gigi sebab ayam tidak memiliki gigi dalam hal ini untuk mengunyah makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Akoso, 1998) bahwa saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok.
Tembolok berbentuk kantong dan merupakan daerah pelebaran dari esofagus. Peru tterdiri dari perut kalenjar (proventriculus) yang merupakan pipa yang dindingnya menebal menuju kearah perhubungan dengan gizzard . Gizzard pada ayam jantan percobaan berwarna merah segar.Gizzard terdiri atas serabut otot yang keras dan kuat yang berfungsi untuk menggiling dan meremas pakan yang keras. Kelenjar-kalenjar yang terdapat di dalam proventriculus memproduksi getah-getah (asamgaram, pepsin dan HCl) untuk membantu pencernaan makanan di dalam perut dan perut muscular (ventriculus) yang berfungsi sebagai alat penghancur makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anggorodi, 1994) bahwa kelenjar-kalenjar di dalam proventriculus memproduksi getah-getah (asamgaram, pepsin dan HCl) untuk membantu pencernaan makanan di dalam perut dan perut muscular (ventriculus) yang berfungsi sebagai alat penghancur makanan. Akoso (1998) juga menambahkan bahwa proventriculus atau perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung akhir esophagus. Pencernaan pakan di dalam perut kelenjar hanya kecil peranannya karena makanan hanya tinggal sebentar di dalam organ ini dalam waktu yang relatif singkat.
Usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodeum, yaitu usus halus di bagian depan, jejenum, ileum, dan berakhir di rektum atau usus besar di bagian paling belakang. Usus halus pada ayam jantan berwarna kekuningan dan panjangnya 141,5 cm, Usus buntu atau secum pada ayam jantan berjumlah sepasang dan berwarna hitam kehijauan. Panjang secum pada ayam jantan17 cm dan 15 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Srigandono (1997) yang menyatakan bahwa Percabangan dari ujung usus halus dikenal dengan caecum. Panjang ceacum mencapai 10-20cm. Didalam ceacum terjadi proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme yang mencerna serat kasar. Usus buntu selalu berisi sejumlah makanan atau bahan yang tidak tercerna. Makanan dari usus halus masuk kedalam usus besar kemudian berjalan dan berakhir di kloaka. Usus besar pada ayam jantan berwarna kekuningan dengan panjang 8 cm. Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju kloaka. Hal ini sesuai pendapat (Akoso, 1998) bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital.
Tabel 2. Hasil Pengukuran
Parameter
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
Bobot hidup
|
1044
| |
Bobot mati
|
915
| |
Kepala
|
45
| |
Leher
|
36
| |
Sayap
|
49/47
| |
Cakar
|
36/37
| |
Saluran, organ dan kelenjar aksesoris sistem pencernaan
1. Paruh
2. Oesophagus
3. Crop
4. Proventriculus
5. Ventriculus
6. Duodenum
7. Pankreas
8. Hati
9. Empedu
10. Jejunum
11. Ilenum
12. Ceca
13. Colon dan rektum
14. Cloaca
|
19
6
2
4
38
7
29
35
2
16
6
2
6
2
|
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum alat pencernaan pada itik hampir sama seperti alat pencernaan ayam. Saluran pencernaan dimulai dari mulut atau paruh dan berakhir di kloaka. Paruh pada itik berbentuk pipih, bersifat lunak, dan berwarna gelap. Tembolok merupakan pelebaran dinding esophagus. Tembolok pada itik dan unggas air lainnya tidak berkembang dengan sempurna seperti pada ayam. Hal ini disebabkan oleh makanan itik banyak mengandung air sehingga mudah ditelan. Tembolok semata-mata berfungsi sebagai penampung sementara makanan.
Gizzard pada itik jantan dan betina memiliki panjang 6 cm dan lebar 5 cm. Usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodeum, yaitu usus halus di bagian depan, jejenum, ileum, dan berakhir di rectum atau usus besar di bagian paling belakang. Usus halus pada itik jantan dan betina memiliki panjang 122 cm. Usus buntu atau secum pada itik jantan dan betina berjumlah sepasang dan berwarna hitam kehijauan. Panjang secum pada itik jantan adalah 14 cm, sedangkan pada itik betina panjangnya 15 cm. Usus buntu selalu berisi sejumlah makanan atau bahan yang tidak tercerna. Makanan dari usus halus masuk kedalam usus besar kemudian berakhir di kloaka. Usus besar pada itik jantan memiliki panjang 12 cm sedangkan pada itik betina panjangnya 10 cm. Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju kloaka. Hal ini sesuai pendapat Akoso (1998) bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital.
4.2.2. Sistem Respirasi Unggas
4.2.2.1.Sistem Respirasi Ayam dan Itik
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil :
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 8. Anatomi Respirasi Ayam dan Itik
Keterangan :
1. Larink
| |
2. Paru–paru
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa sitem pernafasaan ayam terdiri dari larink, trachea, bronchus, broncheolus dan paru-paru. Hal Ini sesuai dengan pendapat (Sarwono, 1993) bahwa sistem pernafasan unggas terdiri dari hidung, trachea,laring, bronchus, broncheolus, dan paru-paru. Bagian utama dari organ pernafasan adalah paru-paru. Bentuk paru-paru seperti spons. Paru-paru pada ayam jantan dan betina berwarna merah. Paru-paru dibatasi oleh tulang rusuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiarsih (1990) bahwa paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernafasan unggas, karena paru-paru merupakan pengatur sirkulasi udara dalam tubuh unggas.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa saluran pernafasan itik tidak jauh berbeda dengan sistem pernafasan ayam. Shirink antara itik jantan dan betina berbeda, dimana shirink pada itik jantan berkembang sedangkan pada itik betina kurang berkembang. Shirink pada itik jantan percobaan berwarna putih agak jernih dan berfungsi untuk pengeluaran suara sehingga suara itik jantan menjadi lebih nyaring dari pada itik betina. Shirink menjadi pembeda yang jelas antara ayam dan itik. Paru-paru pada itik percobaan berwarna merah muda dan menempel pada tulang punggung. Bagian utama dari organ pernafasan adalah paru-paru karena berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiarsih, (1990) bahwa paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernafasan unggas, karena paru-paru merupakan pengatur sirkulasi udara dalam tubuh unggas.
4.2.3. Sistem reproduksi unggas
4.2.3.1 Sistem reproduksi unggas jantan
|
|
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 9. Anatomi Reproduksi Ayam dan Itik Jantan
Keterangan :
1. Testis 3. Vas defferens
2. Epididimis 4. Kloaka
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa ayam jantan memiliki dua buah testis yang berbeda dalam rongga perut bagian atas terletak memanjang di punggung di dekat ujung ginjal sebelah depan dan di bawahnya. Testis berbentuk lonjong berwarna kuning pucat dan sering memiliki anyaman, pembuluh darah berwarna merah di permukaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Srigandono (1997) bahwa sistem reproduksi unggas jantan sederhana sekali, yaitu terdiri dari dua testis yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas dafferens dan sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut. Testis unggas bentuknya bulat seperti kacang. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiarsih (1990) bahwa testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal.
Organ reproduksi itik jantan dan betina jelas berbeda. Alat reproduksi itik jantan terdiri dari sepasang testis, vas defferens, kloaka, serta papillae yang terlihat jelas. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa Papillae itik berkembang lebih baik dibandingkan dengan papillae ayam. Papillae pada itik percobaan berbentuk spiral dan berwarna putih susu. Testis itik berjumlah sepasang dan masing-masing terletak pada rongga perut bagian atas. Testis mempunyai saluran mani yang merupakan alat kelamin sekunder. Testis ini mirip biji buncis dan besarnya tergantung dari umurnya, testis kiri biasanya lebih besar daripada testis kanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1993) yang menyatakan bahwa Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis. Papillae merupakan organ cadangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarengat (1982) yang menyatakan pada papillae merupakan organ cadangan yang mengalami rudimeter dan terletak bagian tengah kloaka.
4.2.3.2 Sistem Reproduksi Unggas Betina
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Ilustrasi 10. Anatomi Reproduksi Itik Betina
|
1. Ovarium 4. Magnum 7. Vagina
|
3. Infundibulum 6. Uterus
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum bahwa organ reproduksi itik betina terdiri dari Ovarium, Ostium , Infundibulu, Magnum, Isthmus, Uterus, Vagina dan Kloaka. Ovarium dapat mencetak folikel yang berangkai seperti anggur. Folikel yang sudah masak akan menuju infundibulum (panjang kira-kira 5 cm). Ovum akan menuju ke magnum (panjang kira–kira 9 cm) setelah dari infundibulum, di dalam magnum disekresikan albumin. Setelah dari magnum, ovum menuju ke isthmus (panjang kira–kira 5 cm) yang merupakan bagian yang menentukan bentuk telur. Tujuan terakhir sebelum ke luar adalah uterus dan disinilah terjadi proses penyempurnaan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Hunter (1995) bahwa Tugas uterus adalah menyempurnakan pembentukan telur, dari uterus telur keluar menuju vagina dan kemudian kloaka.
4.2.4. Sistem urinari
|
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
|
|
Keterangan :
1. Ureter
2. Ginjal
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum didapatkan hasil bahwa ureter pada ayam jantan dan betina berwarna kehitaman. Ureter berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke urethra. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urin dari dinding ginjal menuju ke bladder atau kantung kencing. Urethra pada ayam jantan dan betina berwarna putih kekuningan dan berfungsi menampung urin sebelum dikeluarkan. Kloaka berfungsi sebagai muara saluran urinari. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (1998) bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital.
4.2.4.2. Sistem Urinari Itik
Sistem urinari pada itik terdiri atas sepasang ginjal, ureter, urethra, dan kloaka. Ginjal pada itik terdiri atas tiga lobus dan berwarna merah gelap.
Ilustrasi 12. Anatomi Urinari Itik
|
Keterangan :
1. Ginjal 3. Kloaka
2. Ureter
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum didapatkan hasil bahwa organ urinari itik dan ayam sama yang terdiri dari sepasang ginjal, ureter urethra, dan kloaka. Sama halnya dengan ayam, kloaka itik merupakan muara dari tiga saluran. Kencing dari itik keluar bersama-sama feses melalui kloaka. Pembeda antara sistem urinari jantan dan betina hanya pada bentuk saluran ureter. Saluran ureter yang keluar pada itik betina ada bagian yang tergabung dan kemudian memisah lagi dan akhirnya menuju kloaka. Ginjal itik sama dengan ginjal ayam yang terdiri dari tiga lobus. Hal ini sesuai dengan pendapat Hunter (1995) bahwa sistem urinari unggas terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut.
4.2.5. Identifikasi Penyakit Pada Ternak Unggas
Berdasarkan pengamatan terhadap ayam dalam pelaksanaan praktikum, tidak ditemukan kecacatan pada ayam tersebut begitu juga pada itik tidak ditemui kecacatan. Hanya saja itik terlihat kurang bersih. Hal ini disebabkan pemeliharaan itik kurang baik.
4.3. Formulasi Ransum Ternak Unggas
Penyumbang energi dalam ransum diperoleh dari bahan seperti jagung giling, bekatul dan, tepung ikan dengan jagung sebagai penyuplai energi terbesar yaitu 1360 kkal/gram. Kandungan energi metabolis akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ternak. Jika energi metabolis tinggi maka ransum akan dikomsumsi dalam jumlah sedikit hal ini disebabkan dalam kualitas ransum yang sedikit terdapat energi yang besar.
Tabel 1. Formulasi Ransum
Bahan Pakan
|
Tabel NRC
|
Komposisi
(%)
|
Harga
| |
ME
(kkal/kg)
|
P K (%)
| |||
Jagung giling
|
1213,2
|
3,096
|
36
|
1260
|
Bekatul
|
1430
|
6
|
50
|
1250
|
Tepung Ikan
Premix
|
367,9
-
|
8,268
-
|
13
-
|
910
-
|
Jumlah
|
3011,1
|
17,364
|
100
|
3420
|
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Tabel 2. Hasil Organoleptik Bahan Pakan
Bahan Pakan
|
Warna
|
Bau
|
Tekstur
|
Tepung Ikan
Bekatul
Jagung Giling
|
Coklat tua
Coklat muda
Kuning
|
Amis
Tidak Berbau
Tidak Berbau
|
Serbuk Kasar
Serbuk Halus
Butiran Kecil
|
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data formulasi ransum untuk PK jagung giling sebesar 3,09%, bekatul 6%, tepung ikan 8,268%. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005) bahwa protein kasar yang dibutuhkan oleh ayam dengan umur 0-6 minggu yaitu pada priode starter sektar 17%. Penyusunan ransum dengan metode trial and error sedikit sulit untuk mencapai komposisi yang seimbang, untuk itu agar ransum yang disusun memiliki komponen yang baik maka diperlukan penambahan jenis bahan penyusun ransum. Wahju (1992) menambahkan bahwa cara penyusunan ransum seharusnya memperhatikan tujuan penyusunan ransum, bahan pakan yang tersedia dan tabel kandungan bahan pakan dari bahan-bahan pakan yang tersedia yang direkomendasikan untuk setiap periode pertumbuhan produksi. Namun nilai tersebut dapat ditolerir karena selisihnya tidak melebihi 5 % dari pakan yang seharusnya diberikan. Kelebihan energi dalam jumlah sedikit tidak menyebabkan tanda-tanda yang jelas, kecuali untuk penimbunan lemak tambahan dan sedikit penurunan dalam tingkat pertumbuhan yang disebabkan kenyataan bahwa dengan kelebihan tingkat energi dalam ransum hewan mendapat energi yang cukup dengan konsumsi yang sangat rendah, sehingga menurunkan konsumsi protein yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum atau produksi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Eksterior ayam dan itik, terdapat perbedaan yang menonjol antara lain adalah, pada ayam terdapat jengger, cuping. Paruh itik lebih panjang sedangkan pada ayam tidak, itik mempunyai leher lebih panjang dibandingkan dengan ayam, bentuk badan ayam lebih datar sedangkan itik lebih tegak dan ramping, ekor ayam memiliki bulu yang panjang dan berbentuk bulan sabit pada jantannya sedangkan pada itik jantan memiliki bulu ekor yang pendek dan terdapat feather sex yang membedakan dengan itik betina. Kaki itik memiliki selaput renang sedang kaki ayam tidak. Sistem pencernaan itik kurang berkembang dengan baik di banding organ pencernaan ayam. Penyusunan ransum unggas bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi unggas. Komposisi ransum sudah memenuhi standar pada kandungan energi, tetapi protein hanya dipenuhi dari tepung ikan yang harganya mahal dan berdampak memberi aroma ikan pada daging.
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya demi kelancaraan praktikum sebaiknya sarana dan prasana praktikum harus menunjang praktikan, agar hasil yang diperoleh dapat valid.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).
Frandson. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Hardjosworo, P. dan Rukmiasih. 2006. Itik, Permasalahan dan Pemecahan Cetakan XI. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi dan Reproduksi Hewan Domestik. ITB. Bandung.
Manshur, Endjang. 1998. Nutrisi dan Makanan Ternak. Universitas Terbuka Press. Jakarta.
Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan AyamPetelur. Kanisius, Jakarta.
Raharjo, Y. ,T. Eko P., Darmanung S. dan Fajar A. Purnama. 2002. Mengendalikan Penyakit Unggas. Infovet. Jakarta.
Samosir, D. J. 1983. Ilmu Ternak Itik. PT. Gramedia. Jakarta.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar dan Sabrani M. 1970. Teknik Modern Beternak Ajam. CV. Jasaguna. Djakarta .
Soegiarsih, P. 1990. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang .
Suprijatna, E., U. Atmomarsonodan R. Kartasudjana. 2005. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2008. DasarTernakUnggasCetakan ke-5.Kanisius, Yogyakarta.
Wahju, Juju. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.
Wiharto. 1985. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penarbitan Universitas Brawijaya. Malang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengamatan dan Keterangan Karakteristik Eksterior Unggas
Kelompok organ
|
Parameter
|
satuan
|
Jenis unggas
| |||
Ayam Jantan 1
|
Ayam Jantan 2
|
itik betina
|
Itik jantan
| |||
Badan
|
Bobot badan
Pjg bid. Diagonal
Karakteristik bulu
|
g
cm
-
|
1511
20
Putih
|
1600
22
Putih
|
976
23,6
Cokelat
|
1044
26
Cokelat
|
Kepala
|
Panjang paruh
Panjang kepala
Lingkar kepala
Karakteristik bulu
|
cm
cm
cm
-
|
3
7
12
Putih
|
2
6,5
10
Putih
|
6,5
7
13
Cokelat
|
6
6
12
Cokelat
|
Leher
|
Panjang leher
Diameter leher
Karakteristik bulu
|
cm
cm
|
7
11
Putih
|
10
8
Putih
|
15
8,5
Cokelat
|
15
7
Cokelat
|
Sayap
|
Panjang sayap 1
Panjang sayap 2
Panjang sayap 3
Lingkar sayap
Karakteristik bulu
|
cm
cm
cm
cm
-
|
6
8
7
9
Putih
|
5
6
5,5
9
Putih
|
10
17
27
6,8
Cokelat
|
14
11
25
6
Cokelat
|
Punggung
|
Panjang punggung
Karakteristik bulu
|
cm
-
|
20
Putih
|
19
Putih
|
19,4
Cokelat
|
18
Cokelat
|
Dada
|
Panjang dada
Lingkar dada
|
cm
cm
|
-
30
|
8
29,5
|
16,5
21,7
|
11
25
|
Kaki
|
Panjang femur
Panjang tibia
Lingkar tibia
Panjang metatarsus
Panjang cakar 1
Panjang cakar 2
Panjang cakar 3
Panjang cakar 4
|
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
|
16
8
8
7
3
3,5
2,5
2
|
7
7,5
9
9
4,5
6
4
2,5
|
8
10,5
4,2
7
8
8
6,1
2,5
|
6
9
12
6
6
7
7
7
|
Abdomen
|
Lingkar abdomen
Panjang abdomen
pubic
|
cm
cm
cm
|
32
7
5
|
29
5,5
5
|
22
10,5
9,5
|
19
8
10
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010.
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Anatomi Organ dan Sistem Organ Interior Unggas (Lanjutan)
Pengamatan terhadap
|
Panjang (cm)
|
Berat (g)
| ||
betina
|
Jantan
|
betina
|
Jantan
| |
Saluran, organ dalam dan
kelenjar aksessoris
sistem pencernaan
unggas (Itik).
Paruh
|
5
|
-
|
19
|
-
|
Oesophagus
|
19
|
20,5
|
6
|
10
|
Crop
|
2
|
-
|
2
|
-
|
Proventrikulus
|
5
|
5
|
4
|
5
|
Ventrikulus
|
7
|
6,5
|
38
|
48
|
Duodenum
|
22
|
49
|
7
|
19
|
Pancreas
|
7
|
24,5
|
29
|
-
|
Hati
|
9
|
9
|
35
|
-
|
Empedu
|
2
|
-
|
2
|
35
|
Jejunum
|
61
|
36,5
|
16
|
13
|
Ileum
|
56
|
59
|
6
|
12
|
Ceca
|
12
|
13,2
|
2
|
3
|
Colon
|
12
|
9,5
|
6
|
6
|
Cloaca
|
1
|
2
|
2
|
2
|
Saluran, organ dan kelenjar
aksesoris sistem reproduksi
dan urinari unggas jantan (Itik)
Vena cava posterior
|
-
|
-
|
Testes
|
-
|
-
|
Mesorchium
|
-
|
-
|
Epididymis
|
-
|
-
|
Vena iliaca
|
-
|
-
|
Vena femoral
|
-
|
-
|
Aorta
|
-
|
-
|
Ureter
|
-
|
-
|
Vas deferens
|
-
|
-
|
Ginjal
|
-
|
-
|
Cloaca
-
|
-
|
Ginjal
|
5
|
8
|
Ureter
|
4
|
2
|
Usus besar
|
12
|
6
|
Cloaca
|
2
|
2
|
Saluran, organ dan kelenjar aksesoris
sistem reproduksi unggas betina (Itik)
Ovum yang belum masak
|
4
|
6
|
Stigma
|
-
|
-
|
Follicle pecah
|
-
|
-
|
Infundibulum
|
5
|
5
|
Magnum
|
9
|
3
|
Itshmus
|
5
|
5
|
Uterus
|
-
|
-
|
Vagina
|
-
|
-
|
Oviduct kanan rudimenter
|
-
|
-
|
Cloaca
|
1
|
2
|
Saluran dan organ aksesoris
sistem respirasi unggas (Itik)
Paru-paru
Kantung udara
Larynx
Syrinx
Bronchus
Broncheolus
| ||||
5
-
13
-
-
-
|
4
12
3
-
-
-
|
13
-
-
-
-
-
|
8
3
0,01
-
-
-
| |
Alveolus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Alveoli
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sumber : Data Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010.
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Anatomi Organ dan Sistem Organ Interior Unggas (Lanjutan)
Saluran, organ dalam dan kelenjar aksessoris sistem pencernaan unggas (Ayam)
Pengamatan terhadap
|
Panjang (cm)
|
Berat (g)
| ||
Jantan 1
|
Jantan 2
|
Jantan 1
|
Jantan 2
| |
Paruh
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Oesophagus
|
-
|
4
|
-
|
2
|
Crop
|
-
|
6
|
-
|
18
|
Proventrikulus
|
-
|
8
|
-
|
11
|
Ventrikulus
|
-
|
6
|
-
|
32
|
Duodenum
|
-
|
22,5
|
-
|
9
|
Pancreas
|
-
|
11,5
|
-
|
2
|
Hati
|
-
|
11,2
|
-
|
38
|
Empedu
|
-
|
3,7
|
-
|
2
|
Jejunum
|
-
|
64
|
-
|
25
|
Ileum
|
-
|
55
|
-
|
16
|
Ceca
|
-
|
17
|
-
|
8
|
Colon
|
-
|
8
|
-
|
2
|
Cloaca
|
-
|
2,5
|
-
|
9
|
Saluran, organ dan kelenjar aksesoris sistem reproduksi dan urinary unggas jantan (Itik)
Pengamatan terhadap
Vena cava posterior
|
Panjang (cm)
-
|
Berat (g)
-
|
Testes
|
1
|
-
|
Mesorchium
|
-
|
-
|
Epididymis
|
0,5
|
-
|
Vena iliaca
|
-
|
-
|
Vena femoral
|
-
|
-
|
Aorta
|
-
|
-
|
Ureter
|
7
|
-
|
Vas deferens
|
-
|
-
|
Ginjal
|
-
|
-
|
Cloaca
|
-
|
-
|
Pengamatan terhadap
Ginjal
|
Panjang (cm)
2
|
Berat (g)
-
|
Ureter
|
3,5
|
-
|
Usus besar
|
-
|
-
|
Cloaca
|
3
|
-
|
Saluran, organ dan kelenjar aksesoris sistem reproduksi unggas betina (Itik)
Pengamatan terhadap
Ovum yang belum masak
|
Panjang (cm)
-
|
Berat (g)
-
|
Stigma
|
-
|
-
|
Follicle pecah
Magnum
|
-
-
|
-
-
|
Itshmus
|
-
|
-
|
Uterus
|
-
|
-
|
Vagina
|
-
|
-
|
Oviduct kanan rudimenter
|
-
|
-
|
Cloaca
|
-
|
-
|
Saluran dan organ aksesoris sistem respirasi unggas (Itik)
Pengamatan terhadap
Paru-paru
Kantung udara
|
Panjang (cm)
|
Berat (g)
| ||
Betina
-
-
|
Jantan
3
-
|
Betina
-
-
|
Jantan
6
-
| |
Larynx
|
-
|
8
|
-
|
2
|
Syrinx
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Bronchus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Broncheolus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Alveolus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Alveoli
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2010.
Lampiran 3. Perhitungan Ransum
Protein yang dibutuhkan sebesar 17,4%
Energi metabolisme yang dibutuhkan 2900 kkal/kg
Komposisi bahan pakan 100gr
Perhitungan Protein Kasar :
v Bekatul : x 50 = 6 %
v Jagung giling : x 36 = 3,096 %
v
|
Perhitungan energi metabolisme
v Bekatul : x 2860 = 1430 kkal/gr
v Jagung : x 3370 = 1213,2 kkal/gr
v Tepung ikan : x 2830 = 367,9 kkal/gr
3.011,1 kkal/gr
Perhitungan harga pakan
1 kg jagung = Rp. 3.500
1 kg bekatul = Rp. 2.500
1 kg tepung ikan = Rp. 7.000
Lampiran 3. Perhitungan Ransum (lanjutan)
Perhitungan Biya Ransum:
v Bekatul : x Rp 2500 = Rp 1250
v Jagung : x Rp 3500 = Rp 1260
v Tepung ikan : x Rp 7000 = Rp 910
Rp 3420,-
Terima kasih..sangat membantu.. mohon izin untuk saya gunakan sbg reverensi
ReplyDeletethanks ya
ReplyDeletethx
ReplyDeleteArtikel kamu bagus gan! aku selalu menunggu artikel kamu.. Sebagus artikel ini teknik bertarung ayam birma
ReplyDelete